facebooklogocolour

poster 1905Kongres Kelima (London)

Cara bekerja fraksi Duma membuat banyak anggota merasa tidak puas. Inilah salah satu alasan digelarnya Kongres Kelima (London). Selama bulan Februari dan Maret 1907, perhatian partai terkonsentrasikan pada persiapan Kongres. Seperti yang sudah bisa diduga, agenda Kongres terpolarisasi. Faksi Bolshevik dan Menshevik mengajukan resolusi-resolusi yang bertentangan. Kongres awalnya hendak dilaksanakan di Denmark, tetapi pemerintah Tsar menekan pemerintah di Kopenhagen untuk melarangnya. Mereka lalu mencoba menggelarnya di Malmo, Swedia. Tetapi pemerintahan Swedia juga melarangnya, sehingga mereka harus mencari tempat lain. Kongres ini akhirnya digelar di London, di Gereja Brotherhood non-denominasi, di Southgate Road, Whitechapel. Secara ironis, gereja ini adalah milik Fabian Society, sebuah kelompok Reformis Sayap Kanan yang anti-revolusi.[1] “Saya masih mengingatnya dengan begitu jelas,” tulis Gorky bertahun-tahun kemudian, “dinding-dinding kayu yang begitu polos, jendela-jendela lanset yang menghadap aula kecil yang sempit, yang mungkin dulunya adalah kelas sekolah miskin.”[2] Di tempat yang bersahaja inilah kaum revolusioner bertemu untuk mendiskusikan nasib Revolusi Rusia.

Pada pukul 7 malam, 30 April, Kongres Kelima dimulai. Kongres ini berlangsung selama hampir 3 minggu, sampai 19 Mei 1907. Ini adalah pertemuan yang penting. Kendati kondisi yang sulit, ini adalah pertemuan Sosial Demokrasi Rusia yang paling representatif. Tidak kurang dari 303 delegasi, dan juga 39 perwakilan dengan suara konsultasi. Ada 1 delegasi untuk setiap 500 anggota. Total 150.000 anggota dalam 145 organisasi partai: 100 dari PBSDR, 8 dari Sosial Demokrasi Polandia dan Lituania, 7 dari Latvia, dan 30 dari Bund. Mereka adalah pasukan revolusi yang sudah teruji. Walaupun kebanyakan dari mereka masih berumur 20an, hampir semua sudah pernah dipenjara atau diasingkan. Sejak kongres sebelumnya, 12 bulan yang lalu, seksi Rusia anggotanya meningkat dari 31.000 menjadi 71.000, dua setengah kali lipat. Akan tetapi, kita harus hati-hati menggunakan angka ini. Tajamnya perjuangan faksional telah mendorong kedua faksi untuk membesar-besarkan jumlah anggota. Walaupun demikian, jelas Partai terus tumbuh, bahkan selama periode reaksi, yang mencerminkan bukan mood massa tetapi radikalisasi dari selapisan buruh dan muda yang paling sadar kelas. Untuk alasan yang sama, sayap kiri partai tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan sayap kanannya.

Kekuatan kedua faksi hampir seimbang. Pada awal 1906, jumlah anggota Bolshevik dan Menshevik di St. Petersburg hampir sama. Tetapi selama interval dari Duma Pertama dan Duma Kedua, kaum Bolshevik mulai tumbuh melampaui Menshevik. Pada Duma Kedua, Trotsky menulis, mereka telah “memenangkan dominasi penuh di antara buruh maju.”[3] Kongres Stockholm didominasi Menshevik; Kongres London Bolshevik. Di Kongres sebelumnya, ada 13.000 anggota Bolshevik dan 18.000 anggota Menshevik (dengan satu delegasi untuk tiap 300 anggota). Sekarang situasinya telah berubah. Dari delegasi penuh, 89 dari Bolshevik, 88 dari Menshevik.

Kongres ini dihadiri oleh talenta-talenta yang paling luar biasa. Plekhanov, Martov, Axelrod, Deutsch dan Dan adalah pemimpin Menshevik yang brilian. Delegasi Bolshevik meliputi Lenin, Bogdanov, Zinoviev, Kamenev, Bubnov, Nogin, Shaumyan, Lyadov, Pokrovsky, Tomsky. Gorky, yang dekat dengan Bolshevik, juga hadir. Trotsky, yang baru saja melarikan diri dari pengasingan, hadir sebagai perwakilan Sosial Demokrat non-faksional. Juga hadir seorang Georgian muda yang dikenal dengan nama Ivanov, yang tidak punya hak berbicara dalam kongres ini, karena dia tidak punya kredensial dari organisasi partai di Kaukasus, yang diwakili oleh Shaumyan (yang dieksekusi oleh pasukan Inggris pada 1918) dan Mikha Tskhakaya (yang berangkat bersama dengan Lenin di “kereta segel” yang terkenal itu pada 1917). Hadirin yang tidak bersuara ini di kemudian hari dikenal sebagai Stalin. Tetapi pada tahapan ini dia tidak dikenal oleh lingkaran Partai kecuali dari daerahnya sendiri, dan kehadirannya dalam Kongres sama sekali tidak meninggalkan kesan.

Satu faktor utama adalah partisipasi partai-partai non-Rusia, yang umumnya berada di sayap kiri, dan dengan demikian memberi Bolshevik mayoritas. Di antara delegasi dari Polandia dan Lituania adalah Rosa Luxemburg, Markhlevsky dan Tyszka (Jogiches), yang adalah bagian dari kelompok 44 yang rapat, yang menggeser kongres ini ke kiri. Felix Dzerzhinsky, ketua Cheka di kemudian hari, ditangkap dalam perjalanannya ke kongres dan tidak bisa ambil bagian sebagai delegasi Polandia. Sosial Demokrat Latvia yang juga radikal dipimpin oleh Hermann Danishevsky, pemimpin Cheka dan Tentara Merah di kemudian hari. Perubahan komposisi kongres ini diamati juga oleh Departemen Kepolisian yang melaporkan: “kelompok Menshevik dengan kondisinya sekarang bukan bahaya yang mengancam seperti Bolshevik.” Mereka juga mengikutsertakan penilaian ini: “Di antara orator yang selama diskusi membela paham revolusioner ekstrem adalah Stanislav (Bolshevik), Trotsky, Pokrovsky (Bolshevik), Tyszka (Sosial Demokratk Polandia); yang membela paham oportunis adalah Martov dan Plekhanov (pemimpin Menshevik). Ini adalah tanda jelas kalau kaum Sosial Demokrat mulai bergeser ke metode perjuangan revolusioner ... Menshevisme, yang tumbuh karena Duma, mengalami penurunan ketika Duma menunjukkan dirinya impoten, dan dengan demikian memberikan ruang besar bagi Bolshevik, atau, bagi tendensi revolusioner ekstrem.”[4]

Laporan verbatim Kongres ini sungguh menakjubkan. Di sini kita saksikan debat pertama yang sesungguhnya antara Bolshevik dan Menshevik mengenai taktik dan strategi. Dibandingkan dengan ini, perbedaan pada Kongres Kedua (1903) tampak seperti antisipasi semata, dan memang demikian. Bahkan debat mengenai nasionalisasi versus munisipalisasi tanah pada Kongres Stockholm tidak menyentuh duduk permasalahan, yang hanya terungkap dengan sangat jelas pada Kongres Kelima. Dalam agenda kongres adalah laporan dari Komite Pusat dan Fraksi Duma; sikap Partai terhadap partai-partai borjuis; masalah Kongres Buruh; Duma; serikat buruh; gerakan partisan; pengangguran; krisis ekonomi; lockout; masalah organisasi; Kongres Internasional dan kerja dalam angkatan bersenjata.

Martov membuka Kongres dengan laporan Komite pusat. Karena Komite Pusat yang ada didominasi oleh Menshevik, Bogdanov memberikan laporan tandingan dari sudut pandang Bolshevik. Dengan ini Kongres dibuka dengan diskusi sengit. Tetapi tidak seperti Kongres sebelumnya, kaum Menshevik sekarang tersudut dan ada dalam posisi defensif. Ketika Plekhanov dalam pidato pembukaannya mencoba meyakinkan para delegasi bahwa tidak ada kaum revisionis dalam Partai, Lenin membungkuk dan menahan tawa. Hampir semua yang hadir di Kongres ini adalah anggota faksi yang satu atau yang lainnya, dan fakta ini tercermin dalam pemilihan presidium. Presidium kongres terdiri dari lima anggota, satu anggota untuk tiap faksi. Menshevik memilih Dan; Bund memilih Medem; Sosial Demokrat Latvia memilih Azis-Rozin; Polandia Tyszka dan Bolshevik Lenin. Kaum Menshevik menunjukkan sikap piciknya sejak awal dengan mempertanyakan kredensial Lenin. Mendengar ini Kongres meledak, dengan para delegasi saling sahut dan mengacungkan kepalan tinju. Kongres tertib kembali setelah kaum Menshevik menarik keberatan mereka, tetapi pembukaan Kongres ini telah menentukan suasana seluruh Kongres.

Debat Mengenai Partai Borjuis

Masalah kunci yang menentukan adalah sikap terhadap partai-partai borjuis. Masalah ini didiskusikan sepenuhnya di Kongres. Empat delegasi memberikan presentasi mengenai subjek ini: Lenin, Martynov, Rosa Luxemburg, dan Abramovich. Lenin, yang berbicara pertama, menekankan pentingnya masalah ini:

“Masalah sikap kita terhadap partai-partai borjuasi adalah akar perbedaan prinsipil yang sudah lama memecah Sosial Demokrasi Rusia ke dalam dua kamp. Bahkan sebelum pencapaian-pencapaian dari revolusi [1905], atau bahkan sebelum revolusi [1905] – bila kita diperbolehkan berbicara demikian mengenai paruh pertama 1905 – sudah eksis dua sudut pandang yang berbeda mengenai masalah ini. Perseteruannya adalah mengenai penilaian terhadap revolusi borjuis di Rusia. Kedua tendensi dalam Sosial Demokrasi percaya bahwa revolusi ini adalah sebuah revolusi borjuis. Tetapi mereka pisah jalan dalam pemahaman mereka akan kategori ini, dan dalam penilaian mereka mengenai kesimpulan-kesimpulan praktis dan politik yang datang darinya. Satu sayap Sosial Demokrasi – kaum Menshevik – berpendapat bahwa ini berarti kelas borjuasi-lah yang akan menjadi kekuatan pendorong revolusi borjuis, dan kelas proletariat hanya dapat menempati posisi ‘oposisi ekstrem’. Kaum proletariat tidak mampu mengemban tugas melaksanakan revolusi secara independen atau memimpinnya.”

Lenin menerima bahwa “tujuan revolusi yang sekarang sedang berlangsung di Rusia tidak melampaui batas-batas masyarakat borjuis ... Tetapi dari pernyataan ini tidak berarti kalau kelas borjuasi adalah kekuatan pendorong atau pemimpin revolusi. Kesimpulan seperti ini adalah vulgarisasi Marxisme dan kegagalan untuk memahami perjuangan kelas antara proletariat dan borjuasi.” Dan dia menyimpulkan “bahwa borjuasi tidak akan bisa menjadi kekuatan pendorong atau pemimpin revolusi. Hanya proletariat yang mampu menuntaskan revolusi ini, yakni mencapai kemenangan sempurna. Tetapi kemenangan ini hanya bisa dicapai bila proletariat mampu memimpin massa besar kaum tani.” Kaum Menshevik mengeluh mengenai “kebencian sepihak” kaum proletariat terhadap liberalisme. Lenin menjawab bahwa kaum liberal borjuis tidak mewakili kekuatan revolusioner, tetapi justru kekuatan kontra-revolusioner: “Kaum Menshevik mengatakan bahwa borjuasi kita ‘tidak siap untuk berjuang’. Akan tetapi sebenarnya borjuasi kita siap berjuang, siap berjuang melawan proletariat, siap berjuang melawan kemenangan-kemenangan ‘berlebihan’ dari revolusi ... Bungkam pada saat ini mengenai watak kontra-revolusioner kaum borjuasi kita berarti mencampakkan sudut pandang Marxisme, berarti sepenuhnya melupakan sudut pandang perjuangan kelas.”[5]

Dalam debat ini, gagasan Rosa Luxemburg jelas dekat dengan Lenin. Dia mengecam argumen Menshevik:

“Ternyata liberalisme revolusioner yang katanya ingin merebut kekuasaan ini, dan kita dianjurkan untuk mengadaptasi taktik proletariat deminya, dan kita harus melayaninya dengan membatasi tuntutan-tuntutan proletariat, liberalisme revolusioner ini eksis tidak dalam realitas, tetapi dalam imajinasi, ia adalah rekaan, ia adalah bayang-bayang. (Tepuk tangan.) Dan kebijakan ini, yang dibangun di atas skema yang tak-hidup dan di atas relasi-relasi yang dibuat-buat, dan tanpa mempertimbangkan tugas unik kaum proletariat dalam revolusi ini, menyebut dirinya ‘realisme revolusioner’.”[6]

Trotsky mengajukan sebuah amandemen yang Lenin komentari dengan bersahabat. Di sini untuk pertama kalinya Trotsky mendapatkan kesempatan untuk mengajukan pandangannya mengenai revolusi di hadapan Partai. Pidatonya dalam debat mengenai sikap terhadap partai borjuis, yang mana dia diberi hanya 15 menit, dikomentari dua kali oleh Lenin, yang jelas-jelas setuju dengan gagasan yang diekspresikan oleh Trotsky, terutama seruannya untuk membentuk sebuah Blok Kiri melawan kaum borjuis liberal. “Fakta-fakta ini,” komentar Lenin, “cukup bagi saya untuk mengakui bahwa Trotsky telah merapat pada cara pandang kita. Terlepas dari masalah ‘revolusi tak terinterupsi’, kita ada di sisi yang sama dalam poin-poin utama mengenai sikap terhadap partai borjuis.’.” Mengenai teori Revolusi Permanennya Trotsky, Lenin tidak siap untuk mendukungnya. Tetapi mengenai masalah fundamental yang menyangkut tugas-tugas gerakan revolusioner, ada persetujuan penuh. Perbedaan antara posisi Lenin dan Trotsky akan kita kupas nanti. Tetapi perbedaan ini dianggap Lenin sebagai sesuatu yang sekunder, dan ini terungkap sekali lagi di Kongres ketika Trotsky mengajukan amandemen untuk resolusi mengenai sikap terhadap partai borjuis. Lenin menolak amandemen tersebut bukan karena amandemen tersebut keliru, tetapi karena amandemen tersebut tidak menambah satu hal pun yang fundamental pada amandemen yang pertama. Lenin mengatakan: “Harus kita akui kalau amandemen Trotsky bukanlah Menshevik, tetapi mengekspresikan gagasan yang sama, yakni gagasan Bolshevik.”[7] [8] Resolusi Lenin mengenai sikap terhadap partai borjuis disetujui oleh Kongres.

Walaupun posisi Trotsky mengenai tugas revolusi identik dengan posisi Bolshevik, Trotsky masih mencoba – secara sia-sia sebenarnya – mencegah perpecahan baru di antara faksi-faksi yang berseteru. Dia mengatakan di Kongres, “Bila kalian pikir perbedaan ini adalah tak terelakkan, setidaknya tunggu sampai peristiwa memecah kalian, dan bukan justru resolusi semata yang memecah kalian. Jangan terburu-buru.” Trotsky membuat kekeliruan ingin mendamaikan dua kelompok yang tak terdamaikan, mencoba menjadi penengah di antara kedua faksi yang berseteru ini. Di atas basis Revolusi 1905, Trotsky percaya kalau sebuah kebangkitan revolusioner yang baru akan mendorong elemen-elemen terbaik kaum Menshevik ke kiri, terutama Martov. Pertimbangan utamanya adalah mempertahankan kesatuan kekuatan Marxisme di periode yang sulit, untuk mencegah perpecahan yang dapat melemahkan semangat dalam gerakan. Inilah esensi “konsiliasionisme”nya Trotsky, yang mencegahnya bergabung dengan Bolshevik pada periode ini. Di kemudian hari, Trotsky secara jujur mengakui kekeliruannya ini. Mengenai ini, Lenin menulis: “Sejumlah kaum Sosial Demokrat pada periode itu terjerumus ke dalam konsiliasionisme, dengan berbagai macam alasan. Yang paling konsisten dari semuanya adalah konsiliasionisme yang diekspresikan oleh Trotsky, satu-satunya yang mencoba memberikan fondasi teoritis untuk kebijakan itu.”

Perbedaan ekstrem yang sekarang memisahkan sayap kiri dan sayap kanan terkuak pada Kongres Kelima, yang tidak menyelesaikannya. Faksi-faksi terus eksis dan semakin berpisah jalan. Kaum Bolshevik punya pusat mereka sendiri, termasuk Lenin dan anggota-anggota Komite Pusat, dan juga lainnya seperti Krassin, Zinoviev, Kamenev dan Rykov. Dan seperti yang kerap terjadi, perbedaan-perbedaan politik ini menemukan ekspresinya dalam perbedaan-perbedaan organisasional juga. Bahkan sebelum Kongres, Axelrod, Larin, dan yang lainnya telah mendorong gagasan pembentukan Kongres Buruh. Menghadapi laju reaksi yang cepat, kaum Menshevik Kanan menganjurkan agar organisasi-organisasi ilegal Partai dibubarkan dan sebagai ganti dibentuk sebuah organisasi buruh luas yang meliputi kaum SR, anarkis, orang-orang non-partai, dan segala macam orang lainnya. Tetapi mereka lupa satu detail kecil. Pembentukan sebuah organisasi “legal” di Rusia pada 1907 sama sekali tidak sama dengan pembentukan Partai Buruh di Inggris di bawah kondisi demokrasi borjuis. Di bawah kondisi Rusia yang ada, proposal ini mewakili adaptasi oportunis pada norma-norma yang ditentukan oleh reaksi. Ini akan berarti mencairkan aktivis-aktivis partai ke dalam massa buruh non-partai yang tak terorganisir, sebuah gol yang sejak lama ingin dicapai oleh para pemimpin Sayap Kanan Partai Buruh di Inggris dan negeri-negeri lainnya.

Proposal ini juga ditolak oleh Kongres. Tetapi penolakan ini bukan berarti mencampakkan gol membangun partai buruh massa. Tetapi cara melakukan ini bukan dengan menurunkan level partai ke level yang terendah, tetapi meluncurkan perjuangan yang keras kepala untuk memenangkan massa buruh ke program revolusioner. Setelah memenangkan dan mendidik lapisan massa termaju, kita harus mencari jalan ke massa. Cara untuk berhubungan dengan massa adalah melakukan kerja sabar dalam organisasi-organisasi massa, dimulai dari serikat buruh. Partai tidak boleh mencairkan dirinya ke dalam massa, tetapi memenangkan kepemimpinan serikat-serikat buruh.

Satu lagi poin perbedaan adalah masalah relasi Partai dengan perwakilan parlementernya. Kaum Menshevik ingin agar fraksi Duma (perwakilan parlementer) mandiri dari Komite Pusat. Ini juga ditolak oleh Kongres, yang menekankan bahwa perwakilan publik Partai harus berada di bawah kontrol Partai. Kerja para perwakilan Sosial Demokratik di Duma – yang semuanya adalah kaum Menshevik – dikritik secara tajam, dan Kongres menyetujui resolusi Bolshevik yang mengkritik fraksi Duma. Akhirnya, kepemimpinan ganda yang sebelumnya dibubarkan. Dari sekarang, hanya Komite Pusat yang memimpin Partai. Komite Pusat yang beranggotakan 12 orang dipilih: lima Bolshevik (Goldenberg, Rozhnov, Dubrovinsky, Teodorovish dan Nogin), empat Menshevik (Martynov, Zhordania, Isuva dan Nikorov), dua Sosial Demokrat Polandia (Warski dan Dzerzhinski) dan satu Sosial Demokrat Latvia (Danishevsky). Tiga yang lain, yang terdiri dari perwakilan Bund dan Sosial Demokrat Latvia, dipilih setelah kongres.

Revolusi Permanen

Pada titik ini, kita harus memaparkan tendensi-tendensi utama yang terkristalisasi dalam Sosial Demokrasi Rusia sebelum 1914, seputar masalah watak dan tugas revolusi Rusia. Teori yang paling penting mengenai masalah ini adalah teori revolusi permanen. Teori ini pertama kali dikembangkan pada 1904 oleh Trotsky, dengan kolaborasi dari Alexander Herland (alias Parvus), seorang Sosial Demokrat kiri Jerman-Rusia. Revolusi Permanen menerima bahwa tugas-tugas objektif yang dihadapi oleh kaum buruh Rusia adalah tugas-tugas revolusi borjuis demokratik, tetapi menambahkan bahwa di sebuah negeri terbelakang dalam epos imperialisme kaum “borjuis nasional” terikat erat dengan sisa-sisa feodalisme di satu sisi dan kapital imperialis di sisi lain, dan oleh karenanya sama sekali tidak mampu menuntaskan tugas-tugas historisnya.

Kebusukan kaum liberal borjuis, dan peran kontra-revolusioner mereka dalam revolusi borjuis demokratik, sudah diamati oleh Marx dan Engels. Dalam artikelnya “The Bourgeoisie and the Counter-Revolution” (1848), Marx menulis:

“Kaum borjuasi Jerman telah berkembang dengan begitu malasnya, takut-takut dan lamban sehingga pada momen ia menantang feodalisme dan absolutisme ia melihat dirinya sendiri ditantang oleh kaum proletariat dan semua faksi burgher (penduduk kota) yang kepentingan dan gagasannya sama dengan kaum proletariat. Dan ia melihat tidak hanya sebuah kelas [proletariat] berdiri bermusuhan di belakangnya, tetapi juga seluruh Eropa [monarki dan absolutisme] di hadapannya. Tidak seperti Perancis 1789, kaum borjuasi Prusia bukanlah kelas yang mewakili keseluruhan masyarakat modern, yang berhadap-hadapan melawan perwakilan masyarakat lama, yakni monarki dan kaum bangsawan. Ia telah menjadi semacam estate sosial, yang bermusuhan dengan monarki dan juga rakyat, yang hendak menjadi oposisi terhadap keduanya, bimbang dalam melawan kedua musuhnya ini, karena ia selalu melihat kedua musuhnya di depan atau di belakangnya; punya kecenderungan mengkhianati rakyat dan berkompromi dengan para perwakilan masyarakat lama karena ia sendiri juga merupakan bagian dari masyarakat lama ini.”

Marx menjelaskan, kaum borjuasi tidak naik ke tampuk kekuasaan karena usaha revolusionernya sendiri, tetapi karena gerakan massa yang mana dia tak memainkan peran sama sekali: “Kaum borjuasi Prusia terlempar ke ketinggian kekuasaan, tetapi bukan lewat cara yang dia harapkan, yakni lewat negosiasi damai dengan monarki, tetapi lewat revolusi.”[9]

Bahkan selama epos revolusi borjuis demokratik di Eropa, Marx dan Engels dengan tanpa belas kasihan memeloroti peran pengecut dan kontra-revolusioner dari kelas borjuasi, dan menekankan perlunya kelas buruh mempertahankan kebijakan kemandirian kelas yang sepenuh-sepenuhnya, tidak hanya mandiri dari kaum liberal borjuis tetapi juga dari kaum demokrat borjuis-kecil yang selalu bimbang. Engels menulis:

“Partai proletariat, atau partai yang sungguh-sungguh revolusioner, hanya berhasil memisahkan massa rakyat pekerja dari pengaruh kaum demokrat secara perlahan-lahan, dimana selama masa awal revolusi rakyat pekerja membuntuti kaum demokrat. Tetapi pada waktunya, kebimbangan, kelemahan dan kepengecutan para pemimpin demokrat ini akan menuntaskan pemisahan ini. Dan sekarang kita bisa mengatakan bahwa salah satu pencapaian utama dari pergolakan selama tahun-tahun belakangan ini, dimanapun kelas buruh terkonsentrasikan dalam jumlah yang signifikan, mereka sepenuhnya bebas dari pengaruh demokratik yang telah menghantarkan mereka ke serangkaian blunder dan malapetaka selama 1848 dan 1849.”[10]

Kalau kita mau lebih tepat, Marx sebenarnya keliru dalam mengatribusikan peran revolusioner pada kaum borjuasi bahkan pada 1789. Revolusi borjuis di Perancis bukan dipimpin oleh kaum borjuis, yang ingin berkompromi dengan monarki, tetapi oleh kaum borjuis kecil revolusioner, yang perwakilan politiknya adalah kaum Jacobin dan massa semi-proletar di Paris dan kota-kota besar lainnya. Peran massa dalam revolusi Perancis secara brilian dijabarkan oleh Kropotkin dalam buku sejarahnya mengenai Revolusi Perancis. Peran massa dalam Revolusi Perancis juga sudah dicatat dengan baik oleh sejarawan kontemporer seperti George Rude. Revolusi Perancis 1789-93 hanya berhasil karena revolusi ini menyingkirkan para perwakilan borjuasi besar konservatif dalam Majelis Nasional dan, mendasarkan dirinya pada massa, meluncurkan kebijakan-kebijakan yang paling radikal, yang pada puncak revolusi bahkan mulai melampaui batas-batas tugas borjuis demokratik dan mengancam kepemilikan pribadi. Pada titik ini, laju revolusi berhenti dan terhempas ke belakang oleh reaksi Thermidorian dan lalu Bonapartisme. Massa rakyat dikalahkan dan takluk karena kondisi-kondisi objektif untuk sosialisme belumlah ada. Di bawah panji revolusioner Liberté, Egalité, Fraternité (Kebebasan, Kesetaraan, Persaudaraan), massa didorong untuk bertempur demi para pedagang kaya dan pemilik properti, dan kaum kaya ini naik ke singgasana kekuasaan dan lalu mengkhianati aspirasi revolusioner dari orang-orang yang telah menumpahkan darah mereka demi revolusi.

Kisah yang serupa dapat kita temui dalam revolusi borjuis Inggris pada abad ke-17. Kaum borjuasi, yang diwakili dalam Parlemen oleh kaum Presbiterian, melakukan segalanya untuk berkompromi dengan Raja Charles I. Kontra-revolusi royalis dipatahkan bukan oleh para pedagang besar Kota London, tetapi oleh Tentara Model Baru Cromwell yang basisnya adalah kaum tani Yeomen (kaum tani kecil) dari Anglia Timur dan elemen-elemen proletariat yang baru lahir di London, Bristol dan kota-kota lainnya yang berjuang demi parlemen. Di sini, kaum borjuasi juga menunjukkan dirinya tak mampu memimpin revolusi mereka sendiri. Supaya revolusi ini bisa tuntas, Cromwell harus menyapu mereka ke samping dan membangkitkan massa borjuis kecil dan wong cilik. Benar, setelah reaksi monarkis telah diremukkan, Cromwell lalu menyerang sayap radikal dari revolusi (kaum “Levellers”[11] dan “Diggers”[12]), yang, bahkan pada tahapan ini, sudah menarik kesimpulan-kesimpulan komunis dan mempertanyakan kepemilikan pribadi. Dengan melakukan ini [menumpas kaum “Levellers” dan “Diggers”], Cromwell hanya mengakui keniscayaan karakter borjuis dari Revolusi Inggris. Dan memang pada saat itu Revolusi Inggris tidak bisa mengambil karakter yang lain. Tetapi ini tidak mengubah fakta bahwa kemenangan revolusi borjuis di Inggris, bahkan pada periode awal ini, tidak dituntaskan oleh kelas borjuasi, tetapi justru kelas borjuasi menjadi penghalang.

Argumen Marx dan Engels dalam kaitannya dengan Jerman pada 1848 bahkan lebih benar untuk Rusia pada peralihan abad ke-20. Perkembangan industri yang pesat telah mengubah wajah masyarakat Rusia untuk selamanya. Tetapi perkembangan ini hanya terbatas di sejumlah area saja, terutama di daerah sekitar Moskow dan St. Petersburg, Rusia Barat (termasuk Polandia) dan Ural, dan Baku yang kaya akan minyak bumi. Kaum proletariat tumbuh pesat dan sejak 1890an menjadi kekuatan politik yang menentukan. Tetapi ini tidak mengubah karakter terbelakang Rusia pada umumnya, yang masih memiliki banyak fitur semi-feodal dan, pada tingkatan tertentu, semi-kolonial. Perkembangan industri di Rusia bukanlah perkembangan yang alami dan organik dari dalam masyarakat Rusia, tetapi hasil dari investasi asing besar dari Perancis, Inggris, Jerman, Belgia dan Amerika. Kaum borjuasi Rusia, seperti borjuasi Jerman yang telah dikecam oleh Marx dan Engels pada 1848, tiba di panggung sejarah terlalu terlambat, sehingga basis sosialnya terlalu lemah, dan terutama ketakutannya terhadap kaum proletariat begitu besar sehingga mencegahnya untuk memainkan peran progresif. Ketergantungan kelas borjuasi Rusia pada kapital asing adalah satu hal yang membuat mustahil keberhasilan revolusi borjuis demokratik di Rusia.

Di semua pidato dan artikel Lenin, peran kontra-revolusioner kaum liberal borjuis-demokratik terus ditekankan olehnya lagi dan lagi. Akan tetapi, sampai pada 1917, dia tidak percaya kaum buruh Rusia dapat merebut kekuasaan sebelum revolusi sosialis di Eropa Barat, sebuah perspektif yang hanya dibela oleh Trotsky sebelum 1917, dalam teorinya Revolusi Permanen. Teori ini adalah jawaban paling utuh terhadap gagasan reformis dan kolaborasi kelas yang diajukan oleh sayap kanan gerakan buruh Rusia, yakni kaum Menshevik. Teori dua-tahap dikembangkan oleh kaum Menshevik sebagai perspektif mereka untuk revolusi Rusia. Teori dua-tahap ini intinya mengatakan bahwa karena tugas-tugas revolusi Rusia adalah tugas-tugas revolusi borjuis demokratik, maka kepemimpinan revolusi harus diambil oleh kaum borjuasi demokratik nasional.

Sebaliknya, Trotsky menunjukkan bahwa dengan memimpin seluruh bangsa, memimpin lapisan-lapisan rakyat tertindas lainnya (kaum borjuis kecil kota dan desa), kaum proletariat dapat merebut kekuasaan dan lalu melaksanakan tugas-tugas revolusi borjuis-demokratik (terutama reforma tanah, unifikasi bangsa, dan pembebasan bangsa dari dominasi asing). Namun, segera setelah berkuasa, kaum proletariat tidak akan berhenti di sini, tetapi akan memulai mengimplementasikan kebijakan-kebijakan sosialis (menyita hak milik kaum kapitalis). Dan karena tugas-tugas ini tidak bisa diselesaikan di satu negeri dengan sendirinya, terutama di sebuah negeri yang terbelakang, ini akan menjadi awal dari revolusi sedunia. Oleh karenanya, revolusi ini “permanen” (tak terinterupsi) dalam dua pengertian: karena ia dimulai dengan tugas-tugas borjuis demokratik dan berlanjut ke tugas-tugas sosialis, dan karena ia dimulai di satu negeri dan berlanjut ke tingkat internasional.

Lenin setuju dengan Trotsky kalau kaum liberal Rusia tidak punya kapasitas untuk menuntaskan revolusi borjuis demokratik, dan tugas ini hanya bisa dilakukan oleh kaum proletariat yang beraliansi dengan kaum tani miskin. Dari 1905 hingga 1917, mengenai masalah fundamental terkait dengan sikap terhadap kaum borjuasi, posisi Lenin dekat dengan Trotsky, dan bahkan identik. Ini secara publik diakui oleh Lenin sendiri pada Kongres Kelima (London), seperti yang telah kita lihat. Mengikuti jejak langkah Marx, yang mengatakan bagaimana “partai demokratik” borjuis “jauh lebih berbahaya bagi buruh dibandingkan kaum liberal sebelumnya”, Lenin menjelaskan bahwa kaum borjuasi Rusia – jauh dari menjadi sekutu buruh – niscaya akan berpihak pada kontra-revolusi. Lenin menulis pada 1905: “Kaum borjuasi niscaya akan menyebrang ke kontra-revolusi, dan mengkhianati rakyat segera setelah kepentingannya yang sempit dan egois terpenuhi, segera setelah ia ‘melangkah mundur ketakutan’ dari demokrasi yang konsisten (dan ia sudah mulai melangkah mundur darinya!).”

Dalam pandangan Lenin, kelas mana yang dapat memimpin revolusi borjuis-demokratik? “Yang tersisa adalah ‘rakyat’, yakni kaum proletariat dan tani. Hanya kaum proletariat yang dapat diandalkan untuk mencapai garis akhir, karena ia bergerak melampaui revolusi demokratik. Inilah mengapa proletariat berjuang di garis depan demi republik, dan menolak keras himbauan bodoh tak berguna untuk mempertimbangkan kemungkinan kaum borjuasi menjadi ketakutan.”[13]

Lenin berbeda pendapat dengan Trotsky mengenai masalah kemungkinan kelas buruh Rusia merebut kekuasaan sebelum buruh Eropa Barat. Sampai pada 1917, hanya Trotsky yang percaya kalau ini bisa terjadi. Bahkan Lenin menganggap prospek ini mustahil, dan menekankan kalau revolusi Rusia hanya bisa berkarakter borjuis. Kelas buruh, beraliansi dengan kaum tani miskin, akan menumbangkan autokrasi dan kemudian meluncurkan kebijakan-kebijakan borjuis-demokratik yang paling luas. Inti program Lenin adalah solusi radikal untuk masalah tanah, berdasarkan penyitaan tanah kaum tuan tanah dan nasionalisasi tanah. Lenin menjelaskan bahwa nasionalisasi tanah bukanlah tuntutan sosialis, tetapi tuntutan borjuis yang diarahkan melawan kelas tuan tanah. Dalam banyak kesempatan dia menjelaskan bahwa Revolusi Rusia akan berhenti pada tugas-tugas sosialis, karena, seperti yang diakui oleh semua orang pada saat itu, kondisi-kondisi objektif untuk membangun sosialisme tidaklah ada di Rusia. Tetapi Lenin tidak berhenti di sini. Lenin selalu adalah seorang internasionalis yang kukuh. Seluruh perspektifnya didasarkan pada revolusi internasional, dimana Revolusi Rusia hanyalah satu bagian kecil darinya.

Buruh dan tani Rusia akan menumbangkan Tsarisme dan meluncurkan revolusi borjuis-demokratik yang paling radikal. Ini kemudian akan memberikan dorongan kuat bagi buruh Eropa Barat, yang akan meluncurkan revolusi sosialis. Kemudian, dengan menyatukan usaha mereka bersama dengan buruh Perancis, Jerman dan Inggris, buruh Rusia akan mengubah revolusi borjuis demokratik mereka menjadi sosialis: “Tetapi tentu saja ini akan menjadi sebuah kediktatoran demokratik, dan bukan kediktatoran sosialis. Revolusi ini tidak akan mampu mengubah fondasi kapitalisme, tanpa serangkaian tahapan perantara perkembangan revolusioner. Paling banter, revolusi ini hanya bisa mengimplementasikan redistribusi tanah untuk kaum tani, membangun demokrasi yang penuh dan konsisten, termasuk pembentukan sebuah republik, menghapus semua fitur perbudakan Asiatik yang opresif, ... meletakkan fondasi untuk perbaikan kondisi kehidupan buruh dan peningkatan taraf hidup mereka, dan – tidak kurang pentingnya – menyebar gelombang revolusi ke Eropa.”

Posisi Lenin sangatlah jelas dan tidak ambigu: revolusi mendatang adalah revolusi borjuis, dipimpin oleh proletariat yang beraliansi dengan massa tani. Yang terbaik yang bisa diharapkan dari revolusi ini adalah pemenuhan tugas-tugas dasar borjuis-demokratik: distribusi tanah untuk kaum tani, pembentukan sebuah republik demokratik, dsb. Setiap usaha untuk “mempengaruhi fondasi kapitalisme” akan membawa proletariat berbenturan dengan massa tani pemilik tanah kecil. Lenin menekankan ini kembali: “Revolusi demokratik ini adalah borjuis dalam wataknya. Slogan distribusi tanah, atau ‘tanah dan kebebasan’ ... adalah slogan borjuis.”[14] Dan bagi Lenin, tidak ada hasil lain yang memungkinkan di atas basis negeri terbelakang semi-feodal seperti Rusia. Untuk berbicara mengenai kediktatoran demokratik yang “berkembang” ke revolusi sosialis adalah sesuatu yang tidak masuk akal dari sudut pandang analisa Lenin mengenai korelasi kekuatan-kekuatan kelas dalam revolusi. Lewat ratusan artikel, Lenin menjelaskan sikapnya mengenai peran proletariat dalam revolusi borjuis demokratik: “Kita sangatlah jauh dari revolusi sosialis dibandingkan dengan kamerad-kamerad Eropa Barat kita; tetapi kita dihadapkan dengan sebuah revolusi tani borjuis demokratik dimana kelas proletariat akan memainkan peran kepemimpinan.”[15] Apa pandangan Lenin mengenai prospek revolusi sosialis di Rusia? Dalam kutipan di atas dari “Dua Taktik”, Lenin menjelaskan bahwa Revolusi Rusia tidak akan bisa mempengaruhi fondasi kapitalisme “tanpa serangkaian tahapan perantara perkembangan revolusioner.”

Dari semua ini, jelas kalau Lenin menganggap revolusi sosialis di Rusia mustahil sebelum kaum buruh Eropa Barat merebut kekuasaan. Dia mempertahankan pandangan ini sampai pada Februari 1917, ketika dia mencampakkan posisi lamanya dan mengadopsi posisi baru yang secara esensial sama dengan posisi Trotsky. Akan tetapi, bahkan ketika Lenin memiliki perspektif revolusi borjuis di Rusia (dimana proletariat memainkan peran kepemimpinan), dia menjelaskan hubungan dialektik antara revolusi Rusia dan revolusi internasional.  Revolusi borjuis demokratik di Rusia akan “menyebarkan gelombang revolusi ke Eropa. Kemenangan semacam ini tidak akan mengubah revolusi borjuis kita menjadi revolusi sosialis, tidak untuk saat ini. Revolusi demokratik tidak akan dengan segera melampaui batas-batas hubungan sosial dan ekonomi borjuis. Walaupun demikian, signifikasi dari kemenangan semacam ini untuk perkembangan Rusia dan seluruh dunia di masa depan akan sangat besar. Tidak ada yang dapat membangkitkan energi revolusioner kaum proletariat sedunia dengan begitu besarnya, tidak ada yang dapat memperpendek jalan ke kemenangan penuhnya dengan begitu cepatnya, selain kemenangan menentukan dari revolusi yang sekarang telah dimulai di Rusia [Revolusi 1905].”[16]

Internasionalismenya Lenin terpampang begitu tegas di setiap baris yang ditulisnya. Bagi Lenin, revolusi Rusia bukanlah satu aksi yang mencukupi dalam dirinya sendiri, dan bukanlah “Jalan Rusia ke Sosialisme!” Ia adalah awal dari revolusi proletariat sedunia. Persis dari fakta inilah bisa ditemui kemungkinan di masa depan akan transformasi revolusi borjuis-demokratik menjadi revolusi sosialis di Rusia. Lenin, dan begitu juga semua kaum Marxis saat itu, tidak pernah mempertimbangkan sekalipun secara serius gagasan membangun “sosialisme di satu negeri”, apalagi di negeri tani terbelakang dan Asiatik seperti Rusia. Di artikel lain, Lenin menjelaskan apa yang menjadi ABC bagi setiap kaum Marxis, bahwa kondisi untuk transformasi sosialis di Rusia tidaklah eksis, tetapi kondisi ini sudah matang di Eropa Barat. Berpolemik dengan kaum Menshevik di “Two Tactics” Lenin mengulang kembali posisi klasik Marxisme mengenai signifikansi internasional revolusi Rusia:

“Gagasan utama di sini sudah diformulasikan berulang kali di koran Vperyod [korannya Lenin], yang telah menyatakan bahwa kita tidak boleh takut ... pada kemenangan penuh Sosial Demokratik dalam sebuah revolusi demokratik, yakni kemenangan kediktatoran demokratik-revolusioner proletariat dan tani, karena kemenangan ini akan membangkitkan Eropa; setelah menumbangkan kuk borjuasi, maka kaum proletariat sosialis Eropa pada gilirannya akan membantu kita memenuhi revolusi sosialis.”[17]

Inilah prognosis utamanya Lenin mengenai revolusi yang akan datang di Rusia: revolusi hanya bisa bersifat borjuis-demokratik (bukan sosialis), tetapi, pada saat yang sama, kaum borjuasi tidak mampu memainkan peran revolusioner, revolusi ini hanya bisa dilaksanakan oleh kelas buruh, yang dipimpin oleh Sosial Demokrasi, yang akan menarik dukungan kaum tani. Penumbangan tsarisme, penghapusan semua sisa-sisa feodalisme, dan pembentukan sebuah republik akan memiliki pengaruh yang teramat besar dalam merevolusionerkan kaum proletariat dari negeri-negeri kapitalis maju di Eropa Barat. Tetapi revolusi di Barat hanya dapat berupa revolusi sosialis, karena perkembangan tenaga produksi yang besar yang sudah tercapai di bawah kapitalisme, dan kekuatan kelas buruh dan gerakan buruh yang besar di negeri-negeri ini. Akhirnya, revolusi sosialis di Barat akan mendorong gejolak-gejolak baru di Rusia, dan dengan bantuan dari proletariat sosialis Eropa, kelas buruh Rusia akan mengubah revolusi demokratik menjadi revolusi sosialis di tengah oposisi dari kaum borjuasi dan kaum tani kontra-revolusioner.

“Maka, pada tahapan ini [yakni setelah kemenangan akhir ‘kediktatoran demokratik’] kaum borjuasi liberal dan kaum tani kaya bersama dengan sebagian tani menengah akan mengorganisir kontra-revolusi. Kaum proletariat Rusia bersama dengan kaum proletariat Eropa akan mengorganisir revolusi.

“Dalam kondisi seperti ini kaum proletariat Rusia akan meraih kemenangan kedua. Perjuangan ini sudah tidak lagi sia-sia. Kemenangan kedua akan menjadi revolusi sosialis di Eropa.

“Kaum buruh Eropa kemudian akan menunjukkan pada kita ‘bagaimana melakukannya’, dan lalu bersama-sama dengan mereka kita akan membawa revolusi sosialis.”[18]

Di sini dan di lusinan kesempatan lainnya Lenin mengekspresikan dirinya dengan teramat jelas bahwa kemenangan “revolusi borjuis kita ... akan mengantarkan era revolusi sosialis di Barat.”[19] Tidak peduli bagaimana perihal ini dipaparkan, tidak ada yang bisa mengubah fakta bahwa, pada 1905, Lenin tidak hanya menolak gagasan “membangun sosialisme di Rusia sendirian” (gagasan seperti ini tidak mungkin memasuki benaknya), tetapi bahkan kemungkinan kaum buruh Rusia membentuk kediktatoran proletariat sebelum revolusi sosialis di Barat.

Trotsky selalu menganggap posisi Lenin lebih progresif dibandingkan teori dua-tahapnya Menshevik, tetapi ia juga menunjukkan kekurangannya. Pada 1909, Trotsky menulis: “Benar kalau perbedaan antara mereka [posisi Lenin dan posisi Menshevik] sangatlah besar: sementara aspek anti-revolusioner Menshevisme sudah menjadi sepenuhnya jelas, aspek anti-revolusioner Bolshevisme kemungkinan besar akan menjadi sebuah ancaman serius hanya pada momen kemenangan.” Kalimat profetik ini sering kali dicerabut dari konteksnya oleh para kritikus Stalinis, tetapi pada kenyataannya ini secara akurat mengekspresikan apa yang terjadi pada 1917, ketika Lenin berbenturan dengan para pemimpin Bolshevik lainnya persis mengenai slogan “Kediktatoran Demokratik Proletariat dan Tani”, yang Lenin campakkan untuk kebijakan yang identik dengan Revolusi Permanen. Ketika buku ini [1905 oleh Leon Trotsky] diterbitkan setelah Revolusi Oktober, Trotsky menulis di catatan kakinya: “Ancaman ini, seperti yang kita ketahui, tidak pernah menjadi kenyataan, karena di bawah kepemimpinan Lenin, kaum Bolshevik mengubah garis kebijakan mereka mengenai satu hal yang paling penting ini (dan bukan tanpa perjuangan internal) pada musim semi 1917 [Tesis April], yakni, sebelum perebutan kekuasaan.”[20]

Dari sudut pandang materialis, ujian akhir dari semua teori ditemui dalam praktik. Semua teori, program dan perspektif yang diajukan dan dibela dengan penuh semangat oleh berbagai tendensi politik dalam gerakan buruh Rusia mengenai watak dan motor pendorong revolusi diuji pada 1917. Pada poin ini, garis yang memisahkan Trotsky dari Lenin menghilang sepenuhnya. Garis Lenin yang tertuang di “Letters from Afar” dan Tesis April sama dengan yang kita baca dalam artikel-artikel Trotsky yang dia terbitkan di koran Novy Mir pada saat yang sama, tetapi ribuan kilometer di Amerika. Dan, seperti yang Trotsky peringatkan pada 1909, sisi kontra-revolusioner dari teori kediktatoran demokratik proletariat dan tani hanya menjadi jelas selama jalannya revolusi itu sendiri, ketika Kamenev, Zinoviev dan Stalin menggunakan teori ini untuk menentang Lenin dan membenarkan dukungan mereka terhadap Pemerintahan Provisional borjuis. Perpecahan terbuka berkembang antara Lenin dan para pemimpin Partai lainnya, yang secara efektif menuduh Lenin sebagai Trotskis.

Pada kenyataannya, kebenaran teori Revolusi Permanen secara megah terdemonstrasikan oleh Revolusi Oktober itu sendiri. Kelas buruh Rusia – seperti yang diprediksi oleh Trotsky pada 1905 – naik ke tampuk kekuasaan sebelum kaum buruh Eropa Barat. Mereka melaksanakan semua tugas-tugas revolusi borjuis-demokratik, dan segera menasionalisasi industri dan bergerak ke tugas-tugas revolusi sosialis. Kaum borjuasi memainkan peran kontra-revolusioner, tetapi dikalahkan oleh kaum buruh yang beraliansi dengan kaum tani miskin. Kaum Bolshevik kemudian mengeluarkan seruan revolusioner pada buruh seluruh dunia untuk mengikuti langkah mereka. Lenin paham dengan sangat baik kalau tanpa kemenangan revolusi di negeri-negeri kapitalis maju, terutama Jerman, revolusi Rusia tidak akan bisa selamat terisolasi, terutama di sebuah negeri terbelakang seperti Rusia. Apa yang terjadinya selanjutnya mendemonstrasikan kebenaran perspektif ini. Pembentukan Internasionale Ketiga (Komunis Internasional), sebuah partai revolusi sosialis dunia, adalah manifestasi konkret dari perspektif ini.

Situasinya bahkan lebih jelas hari ini. Kelas borjuasi nasional di negeri-negeri kolonial memasuki arena sejarah terlalu terlambat, ketika dunia sudah dibagi-bagi di antara beberapa kekuatan imperialis. Kelas ini sudah tidak bisa lagi memainkan peran progresif dan lahir sepenuhnya menghamba pada tuan-tuan kolonial mereka. Kelas borjuasi yang lemah dan bangkrut di Asia, Amerika Latin dan Afrika terlalu tergantung pada kapital asing dan imperialisme, sehingga mereka tidak bisa memajukan masyarakat. Mereka terikat lewat ribuan benang, tidak hanya pada kapital asing, tetapi juga pada kelas tuan tanah, dan bersama kelas ini membentuk sebuah blok reaksioner yang menghambat kemajuan. Apapun perbedaan yang ada di antara elemen-elemen ini menjadi tidak signifikan dibandingkan dengan ketakutan mereka terhadap massa. Hanya kaum proletariat, beraliansi dengan kaum tani miskin dan kaum miskin kota, dapat menyelesaikan problem-problem masyarakat dengan mengambil kekuasaan ke tangan mereka, mengekspropriasi kaum imperialis dan borjuasi, dan memulai tugas transformasi sosialis.

Bila saja Komunis Internasional tetap berdiri teguh di atas garis Lenin dan Trotsky, kemenangan revolusi dunia sudah pasti akan terjamin. Malangnya, tahun-tahun formatif Komintern terjadi bersamaan dengan kontra-revolusi Stalinis di Rusia, yang lalu mempengaruhi dengan buruk Partai-partai Komunis di seluruh dunia. Birokrasi Stalinis, setelah merebut kendali di Uni Soviet, mengembangkan cara pandang yang konservatif. Teori bahwa sosialisme dapat dibangun di satu negeri – sebuah penyelewengan gagasan Marx dan Lenin – sesungguhnya mencerminkan mentalitas birokrasi yang sudah letih dengan stres dan badai revolusi, dan ingin fokus saja “membangun sosialisme di Rusia”. Dalam kata lain, mereka ingin melindungi dan memperluas privilese mereka, dan tidak “membuang-buang” sumber daya Rusia untuk mengejar revolusi dunia. Di pihak lain, mereka takut kalau revolusi di negeri-negeri lain dapat berkembang dengan sehat dan dengan demikian menjadi ancaman bagi dominasi mereka sendiri di Rusia. Oleh karenanya, pada tahapan tertentu, birokrasi ini secara aktif mencegah meledaknya revolusi di tempat lain. Alih-alih menerapkan kebijakan revolusioner yang berdasarkan kemandirian kelas, seperti yang selalu dianjurkan Lenin, mereka mendorong agar Partai-partai Komunis beraliansi dengan “kaum borjuasi nasional progresif” (dan bila tidak ada kaum borjuasi nasional progresif, mereka cukup siap menciptakannya) untuk melaksanakan revolusi demokratik, dan hanya setelah itu, di hari depan yang jauh, ketika ekonomi kapitalis telah matang sepenuhnya, baru berjuang untuk sosialisme. Kebijakan ini berseberangan dengan Leninisme dan kembali ke posisi Menshevik yang sudah terdiskreditkan – teori revolusi dua tahap.

Kudeta 3 Juni

Revolusi 1905 pada kenyataannya berlangsung selama dua setengah tahun. Pada musim panas 1907, bara api pemberontakan yang terakhir dimatikan. Karena tidak memiliki kepemimpinan dari kota, pemberontakan tani akhirnya menjadi serangkaian letupan yang tak terkoordinasi dan tanpa tujuan jelas, yang dengan mudah ditumpas satu per satu. Dengan mundurnya gerakan massa, rejim menjadi percaya diri kembali. Akhirnya, pada 3 Juni, setelah yakin akan keimpotenan Partai Kadet dan menurunnya gerakan tani, Stolypin memutuskan untuk membubarkan Duma Kedua dan menjebloskan fraksi Sosial Demokratik ke penjara. Segera setelah Kongres Kelima selesai, Stolypin menuntut agar Duma menendang keluar 55 perwakilan Sosial Demokratik dan menangkap 16 dari mereka. Pada malam 22 Juni, tanpa menunggu respons dari Duma, dia langsung menangkap mereka. Esok harinya Duma dibubarkan. UU elektoral yang baru didraf, yang bahkan lebih buruk dari yang sebelumnya. Ketika Duma Ketiga digelar, ini adalah parlemen reaksi terbuka. Bahkan Count Witte mengakui dalam memoarnya bahwa: “UU elektoral yang baru menyingkirkan suara rakyat dari Duma, yakni suara massa dan perwakilan mereka, dan hanya memberi suara pada yang berkuasa dan yang menurut.”

Kerensky, yang adalah perwakilan Trudovik di Duma Ketiga, berkomentar: “UU elektoral Juni 1907 secara praktis menghapus partisipasi kaum tani dan buruh dari kota dan desa. Di provinsi-provinsi, pemilu diserahkan ke kaum bangsawan Senin-Kamis, dan di kota-kota besar hak pemilu juga dihapus; jumlah perwakilan dipangkas, dan di bawah sistem curia setengah kursi diberikan kepada minoritas kecil borjuasi pemilik-properti. Perwakilan bangsa-bangsa non-Rusia dikurangi jumlahnya. Polandia, misalnya, hanya diperbolehkan mengirim 18 perwakilan ke Duma Ketiga (dan Keempat), dibandingkan dengan 53 perwakilan pada Duma Pertama dan Kedua. Dan populasi Muslim Turkistan tidak diwakili sama sekali.”

“Perwakilan rakyat yang terpilih di bawah UU Stolypin patut disebut ‘cermin distorsi’ Rusia. Partai-partai sayap kiri yang menjadi mayoritas pada Duma pertama dan kedua praktis menghilang dari Duma Ketiga 1907-12, yang hanya memiliki 13 anggota Kelompok Pekerja (Trudovik) dan 20 Sosial Demokrat. Kaum Sosialis Revolusioner memboikot pemilu. Kadet, yakni partai intelektual liberal, telah jatuh dari posisi dominan mereka, dan sekarang memainkan peran ‘oposisi loyal Kerajaan’, dengan 54 kursi.”

 Dari 442 kursi parlemen Duma Keempat, partai-partai reaksioner (Black Hundreds dan Kadet) memegang 409 kursi. Kelas buruh hanya punya 19 perwakilan (Sosial Demokrat) dan Trudovik hanya 14. Sungguh situasi yang jauh berbeda dengan Duma Kedua. Namun, seperti yang ditunjukkan Lenin, Duma reaksioner ini setidaknya mengekspresikan situasi yang sesungguhnya di Rusia. Di sini kita saksikan wajah sesungguhnya dari autokrasi Black Hundred, tanpa topeng liberalnya. Kerensky menulis: “Lima puluh kursi diduduki oleh Perhimpunan Rakyat Rusia yang reaksioner, yang disubsidi dari anggaran khusus untuk polisi rahasia dan dilindungi oleh Tsar dan Grand Duke Nicholas. Para perwakilan ini, di bawah pimpinan tiga orang – Markov, Purishkevich, dan Zamyslovsky – mencoba menyabot Duma dari dalam dengan terus-menerus membuat onar. Bersama dengan mereka, 89 kursi diberikan ke sebuah partai yang sungguh-sungguh baru, yang disebut Partai Nasionalis. Mereka kembali dari provinsi-provinsi barat dan barat-daya, yang telah tercabik-cabik oleh konflik antar populasi Rusia, Polandia, Lituania dan Yahudi sepanjang yang bisa diingat oleh orang. Ada 153 perwakilan kaum Oktobris, yang sebelumnya sangatlah kecil di Duma pertama dan kedua. Jumlah mereka lebih dari sepertiga total keanggotaan Duma.”

Tokoh pemimpin dalam Duma ini adalah Guchkov, kaum Oktobris dan seorang industrialis Moskow yang partainya mewakili kaum borjuasi besar dan tuan tanah yang reaksioner, tetapi cukup pintar untuk menjaga jarak dari klik penguasa: “Guchkov, Khomyakov, Shidlovsky, dan para pemimpin Partai Oktobris lainnya sangat memahami bahaya yang mengancam bangsa dari atmosfer gelap yang menghantui Tsar. Mereka tahu kalau mereka tidak dapat mengandalkan Tsar yang lemah, dan oleh karenanya menolak semua undangan Stolypin untuk memasuki pemerintah. Mereka memilih mengamati aktivitas pemerintah dengan menggunakan hak Komisi Anggaran Duma, mendukung pemerintah dalam melawan pengaruh klik Rasputin yang kuat dan tak-bertanggungjawab di dalam klik kerajaan, dan mencoba meningkatkan posisi militer dan ekonomi bangsa lewat undang-undang.”[21]

Kaum Kadet secara efektif memainkan peran kacung bagi kaum Oktobris di Duma Ketiga. Pada gilirannya, Guchkov mendukung Stolypin sebagai terbaik dari yang terburuk, guna melawan kaum reaksioner yang ada di dalam klik kerajaan. Sementara kaum Menshevik juga melihat kaum Kadet sebagai terbaik dari yang terburuk. Akan tetapi, Stolypin adalah pendukung autokrasi yang paling getol. Reforma-reformanya ditujukan untuk mempertahankan kekuasaan Romanov dan meremukkan revolusi. Dengan cara ini, “terbaik dari yang terburuk” berubah menjadi yang terburuk bagi perjuangan revolusioner. Guchkov, perwakilan kapitalis besar Rusia, mengekspresikan kesetiaannya pada autokrasi dengan mendukung sepenuhnya imperialisme dan militerisme ketika arena internasional sudah disesakkan oleh awan gelap perang yang akan datang. Duma bersaing dengan pemerintah untuk menunjukkan siapa yang paling patriotik. Pada 9 Juni 1908, dalam debat mengenai estimasi angkatan bersenjata, Guchkov berbicara mengenai “kebesaran militer kita yang telah terkubur”. Dengan membungkuk-bungkuk dan merengek-rengek, Duma Ketiga diizinkan untuk menuntaskan masa 5 tahunnya, sampai pemilihan Duma Keempat pada 1912.

Secara paradoks, posisi Stolypin di Duma yang baru tidak lebih baik daripada sebelumnya. Memainkan peran Bonapartis, bermanuver di antara kelas-kelas dan partai-partai, dia tidak memiliki titik dukungan yang kokoh. Tidak ada satupun partai di Duma yang mendukungnya secara konsisten. Penguatan sayap kanan melemahkan dia karena kaum konservatif dan klik kerajaan membencinya sebagai seorang radikal yang berbahaya. Tsar, yang tidak punya insting politik yang tajam atau tidak tahu terima kasih, semakin menjauh dari menterinya yang setia. Walaupun dia telah mengkonsentrasikan kekuatan besar di tangannya, nyawa Stolypin terus dalam bahaya, dan dia tahu itu. Dia mengenakan rompi peluru dan selalu dikelilingi oleh penjaga, tetapi ini tidak menyelamatkannya. Pada malam 1 September 1911, Stolypin menghadiri sebuah gala untuk opera tsar Saltan karya Rimski Korsakov, di Kiev, yang juga dihadiri oleh Tsar. Saat intermisi, seorang pemuda menghampirinya dan menembaknya dua kali. Teatrikal sampai akhir hayatnya, Stolypin membuat tanda salib ke arah Tsar Nicholas sebelum roboh. Dia mati empat hari kemudian. Sebelum mati, dia mengatakan “saya bahagia dapat mati untuk Tsar”, yang ironis karena Nicholas sudah muak dengannya. Pemuda yang melakukan ini adalah seorang Sosialis Revolusioner, yang lalu menjadi informan polisi, Bogrov. Dia langsung dieksekusi, dan diisolasi sebelumnya, sehingga tidak ada yang bisa menginterogasinya. Banyak orang yang mencurigai kalau pembunuhan ini adalah kerjanya polisi rahasia yang bersekongkol dengan klik kerajaan yang membenci Stolypin. Kemungkinan besar demikian. Krisis dalam masyarakat yang semakin menajam merefleksikan dirinya dalam perpecahan dan intrik di lapisan atas. Dalam rejim Tsaris-Rasputin, intrik dan pembunuhan politik adalah tak terpisahkan.

 Selama periode ini, gerakan revolusioner tampak ada di titik terendahnya. Sekali lagi, Partai hanya bisa melakukan kerja bawah tanah yang sulit dan berbahaya. Gelombang pencidukan meluluhlantakkan organisasi-organisasi Partai. Pada musim panas 1907, semua deputi Sosial Demokratik Duma dijebloskan ke penjara. Kaum buruh marah tetapi pada titik ini sudah tidak punya tenaga untuk merespons. Reaksi meregangkan ototnya dan merasakan kekuatannya sendiri. Selama tiga tahun yang panjang, 1908-1910, reaksi menghujani gerakan buruh yang sudah kalah ini dengan pukulan-pukulan. “Penangkapan-penangkapan massal yang tak henti-hentinya menghancurkan sel Partai satu demi satu, sampai Partai praktis berhenti eksis,” tulis Menshevik Eva Broido. “Serikat buruh juga terporak-poranda; ratusan ranting mereka dibubarkan dan pembentukan ranting yang baru dibuat menjadi teramat sulit.”[22]

Sebagai sayap PBSDR yang paling militan, kaum Bolshevik menderita represi yang jauh lebih besar. Para pemimpin organisasi-organisasinya di Petersburg ditangkap setidaknya lima belas kali selama periode ini. Komite kepemimpinannya ditangkap enam kali. Di Moskow, komite wilayahnya ditangkap 11 kali. Situasi yang sama ditemui dimana-mana. Setiap kali, komite-komite harus diorganisir ulang, tetapi dengan jumlah anggota yang semakin sedikit, dan semakin tidak berpengalaman. Akan tetapi, setidaknya ada satu keuntungan dari semua ini. Kebanyakan anggota yang lalu mengisi kekosongan yang ada datang dari buruh. Untuk pertama kalinya komite-komite Partai sungguh-sungguh proletariat dalam komposisinya. Kader-kader buruh ini menjaga Partai yang ilegal ini tetap hidup dalam kondisi-kondisi yang teramat sulit. Sebaliknya, banyak kaum intelektual yang menjadi terdemoralisasi dan mundur dari gerakan.

Pada 1908, Lenin menulis ini dalam suratnya ke Gorky: “Signifikansi kaum intelektual dalam Partai kita sedang menurun; berita datang dari berbagai penjuru kalau kaum inteligensia meninggalkan Partai. Baguslah bajingan-bajingan ini pergi. Partai sedang membersihkan dirinya dari sampah borjuis kecil. Suara buruh semakin mendominasi. Peran buruh-profesional semakin besar. Semua ini sangatlah baik.”[23] Tampaknya Gorky tersinggung oleh komentarnya Lenin, karena dalam surat Lenin ke Gorky selanjutnya dia cepat-cepat mencoba meyakinkan Gorky: “Saya pikir beberapa masalah yang kamu angkat mengenai perbedaan-perbedaan kita adalah kesalahpahaman sepenuhnya. Tentu saja saya tidak pernah berpikir mengenai ‘mengeluarkan kaum inteligensia’, seperti yang dilakukan oleh kaum sindikalis yang konyol itu, atau menyangkal peran penting mereka bagi gerakan buruh. Tidak boleh ada perbedaan antara kita mengenai masalah-masalah ini.”[24] 

Di bawah kondisi ini, sebuah proses seleksi menjadi niscaya. Kaum intelektual yang bimbang berbondong-bondong meninggalkan Partai dan gerakan, dan menyerah pada mood reaksi yang mendominasi. Pada 1907 akhir, Partai di Petersburg hanya punya sekitar 3000 anggota, tidak semuanya aktif. Banyak pemimpin mereka yang dipenjara atau diasingkan, dan tempat mereka diambil oleh pemimpin-pemimpin lini dua seperti Stalin, yang mulai membuat nama bagi dirinya sendiri saat itu sebagai seorang organisator. Stalin dengan pesat naik ke posisi kepemimpinan, dan ini karena ada kekurangan orang-orang bertalenta dari Rusia dan Lenin dengan semangat merekrut setiap pendatang baru yang tampaknya menjanjikan. Stalin punya kemampuan organisasional, tetapi tidak lebih dari perangkat partai Bolshevik lainnya. Stalin adalah seorang perangkat partai yang tipikal: keras, praktis dan energetik di bawah kondisi-kondisi tertentu, tetapi sempit pandangannya. Seluruh karier politik Stalin menunjukkan bahwa tanpa panduan Lenin dia tidak punya pemahaman politik sama sekali, apalagi kedalaman teoretis. Ini ditunjukkan oleh kenyataan bagaimana Stalin terus mengorganisir perampokan bank ketika gelombang revolusioner telah lama surut dan kontra-revolusi sedang memuncak. Taktik seperti ini dapat membawa kerusakan serius bagi Partai bila Lenin tidak menghentikannya pada waktunya.

Kondisi baru mendemonstrasikan perlunya memadukan kerja ilegal dengan segala macam kerja legal dan semi-legal lainnya. Hanya dengan cara ini Partai dalam mempertahankan hubungannya dengan massa. Kekuatannya telah tergerus. Pada akhir 1908, sekitar 900 anggota Partai ada di luar negeri. Tetapi angka ini tidak memberi gambar yang sepenuhnya. Revolusi, seperti yang dikatakan Trotsky, adalah pemangsa besar energi manusia. Banyak kader yang paling berpengalaman mendekam di penjara tsaris atau di pengasingan Siberia. Yang lainnya banyak kena trauma, kebingungan, dan letih secara mental dan fisik. Tidak jarang ada yang bunuh diri, terutama di antara kaum muda yang mengira bahwa kekalahan ini berarti kehancuran final revolusi. Di bawah situasi ini mood pesimisme dan putus asa dapat dengan cepat menemukan ekspresinya dalam berbagai cara, dari apostasi dan desersi terbuka sampai berbagai bentuk penyimpangan politik – baik ke kiri maupun ke kanan. Perasaan frustrasi membuat orang tidak sabaran dan mencari-cari jalan pintas dan solusi-solusi mujarab. Ini dapat mengekspresikan dirinya dalam adaptasi oportunis pada situasi yang ada atau petualangan ultra-kiri. Kedua fenomena ini, yang di permukaan tampak seperti dua ekstrem yang berseberangan, pada kenyataannya adalah dua sisi dari koin yang sama.

Pada periode ini, Lenin menemukan dirinya dalam posisi yang sangat sulit. Sementara Partai secara formal tetap tersatukan, tetapi pada praktiknya faksi Bolshevik dan Menshevik berfungsi secara independen. Fakta ini semakin terungkap secara tajam oleh kebijakan yang berseberangan dari kedua faksi ini. Anggota KP Menshevik (Zhordania dan Ramishvili) tidak melakukan kerja bawah tanah, karena seluruh strategi mereka adalah melikuidasi Partai bawah tanah dan membatasi aktivitas mereka pada apa yang diizinkan oleh pemerintah Tsar. Kerja mempertahankan organisasi ilegal Partai di dalam Rusia oleh karenanya tergantung pada kaum Bolshevik yang ada dalam KP (Dubrovinsky, Goldenberg, Nogin). Tetapi yang belakangan adalah konsiliator yang tidak setuju dengan tuntutan Lenin untuk meluncurkan perjuangan keras melawan anggota-anggota KP Menshevik.

Di bawah situasi seperti ini, pembentukan sebuah tendensi terorganisir dalam Partai yang tersatukan adalah sesuatu yang tak terelakkan. Pusat faksi Bolshevik didirikan pada 1907. AD/RT partai tidak melarang penerbitan koran faksional, jadi Lenin memutuskan untuk melakukan ini. Kendati semua kesulitan, “pusat” Bolshevik berhasil menerbitkan korannya sendiri, Proletarii (1906-09). Lenin mengedit koran ini, yang, di antara kolaboratornya adalah Maxim Gorky, yang juga memainkan peran penting dalam menggalang dana. Mengikuti tradisi Iskra, koran Proletarii mempertahankan korespondensi dengan organisasi-organisasi partai di interior. Karena masalah ilegalitas, banyak nama koran lainnya yang diterbitkan untuk mengelabui sensor. Ada Sotsial-Demokrat, dan sejumlah koran partai daerah. Awalnya, Lenin mencoba mendirikan sebuah markas bawah tanah di Finlandia ketika gerakan kemerdekaan nasional di sana membuat otoritas Rusia lebih sulit untuk memiliki kontrol penuh. Tetapi tangan Okhrana sangatlah panjang dan para pemimpin Bolshevik hampir tertangkap. Sekali lagi Lenin harus mengasingkan diri.

 __________

Catatan Kaki:

[1] Tempat digelarnya kongres hanyalah salah satu ironi dari kongres ini. Yang lebih lucu adalah bagaimana Kongres ini dibiayai. Partai sudah kehabisan uang, dan kaum revolusioner terpaksa meminjam uang. Ini akhirnya diatur oleh Gorky lewat mediasi George Lansbury, seorang sosialis Inggris. Pinjaman didapati dari seorang pemilik pabrik sabun. Hutang ini seharusnya dilunasi pada 1 Januari 1908. Kemungkinan sang pemberi hutang tidak terlalu terkejut kalau tidak sepeserpun tiba. Akan tetapi hutang ini tidak pernah dilupakan. Setelah Revolusi Okotber, pemerintahan Soviet, lewat Krassin yang adalah duta besar Soviet di London, membayar kembali hutang ini ke anak pemilik pabrik sabun tersebut, yang jelas terkejut, yang lalu mengembalikan kuitansi hutang yang ditandatangani oleh semua partisipan kongres!

[2] Ibid., hal. 146.

[3] Trotsky, Stalin, hal. 89.

[4] Trotsky, Stalin, hal. 89.

[5] LCW, The Fifth Congress of the RSDLP, vol. 12, hal. 456, 457, 458 dan 462-3.

[6] Congress Minutes, Pyatiy S’yezd RSDRP Protokoly, hal. 386.

[7] Lenin Collected Works, The Fifth Congress of the RSDLP, vol. 12, hal. 470 dan 479 (penekanan saya).

[8] Catatan kaki untuk notulen kongres edisi Rusia, yang diterbitkan pada 1959, dengan sinis mengatakan: “Pada kenyataannya, Trotsky mendukung Menshevik dalam semua masalah utama.” (Congress Minutes, Pyatiy S’yezd RSDRP Protokoly, hal. 812)

[9] K. Marx, The Bourgeoisie and the Counter-revolution, in MESW, vol. 1, hal. 140-1 dan 138.

[10] F. Engels, Revolution and Counter-revolution in Germany, MESW, vol. 1, hal. 332.

[11] Kaum “Levellers” adalah kaum revolusioner selama Revolusi Inggris abad ke-17, yang  lahir dari tentara rakyat (New Model Army) yang terbentuk selama perang sipil. Mereka terdiri dari kaum artisan, pedagang kecil, petani, dan para tukang pengrajin. Kaum Leveller berjuang untuk terbentuknya pemerintahan yang sungguh-sungguh demokratik dan mereka mewakili sayap kiri radikal dari Revolusi Borjuis Inggris. Mereka lalu memberontak melawan Oliver Cromwell. Namun pemberontakan mereka berhasil ditumpas pada 1649 dan para pemimpin mereka dieksekusi.

[12] Kaum “Diggers” pada 1649 menerbitkan sebuah manifesto (The True Levellers Standard), dimana mereka menyebut diri mereka kaum “Levellers” sejati, untuk membedakan gagasan mereka dari kaum “Levellers”. Mereka percaya bahwa tanah adalah milik bersama untuk digarap. Mereka mendasarkan gagasan mereka dari ajaran “Alkitab Perjanjian Baru. Kelompok mereka jauh lebih kecil daripada kaum “Levellers” dan akhirnya ditumpas oleh Cromwell.

[13] LCW, Two Tactics of SD in the Democratic Revolution, vol. 9, hal. 98.

[14] Ibid., hal. 56-7 dan 112.

[15] LCW, The Social Democratic Election Victory in Tiflis, vol. 10, hal. 424 (penekanan saya).

[16] LCW, Two Tactics of SD in the Democratic Revolution, vol. 9, hal. 57

[17] Ibid., hal. 82 (penekanan saya).

[18] LCW, The Stages, the Trend, and the Prospects of the Revolution, vol. 10, hal. 92.

[19] LCW, Victory of Cadets and Tasks of Workers’ Party, vol. 10, hal. 276 (penekanan saya).

[20] Trotsky, Our Differences, dalam buku 1905, hal. 332 dan catatan kaki di halaman yang sama.

[21] Kerensky, Memoirs, hal. 101-2 dan 104.

[22] E. Broido, op. cit., hal. 136.

[23] LCW, Letter to Maxim Gorky, February 7, 1908, vol. 34, hal. 379.

[24] LCW, To Maxim Gorky, February 13, 1908, hal. 385.