facebooklogocolour

Nasionalisasi sebagai Solusi Banjir

Artikel berita dan opini mengenai banjir di Jakarta sudah menumpuk, dengan berbagai statistik, keluhan, dan himbauan. Akan menjadi pemborosan kertas – dan lebih penting lagi, waktu para pembaca – kalau kita lantas tenggelam pada pengulangan yang sama.

Menutup Tahun 2012, Tahun Penuh Perjuangan Buruh

Semua usaha harus dilakukan untuk menghubungkan perjuangan ekonomi dengan perjuangan politik, perjuangan sehari-hari dengan perspektif perebutan kekuasaan politik dan ekonomi. Tahun 2013 harus dibuka dengan komitmen ini, dan dengan ini kita akan melangkah lebih dekat ke realisasi slogan “Buruh Berkuasa Rakyat Sejahtera”.

Pungli, Korupsi dan Upah Buruh

Biaya produksi di Indonesia sangat murah karena, tidak seperti Amerika atau negara-negara Barat lainnya, para pengusaha di sini tidak perlu memperhatikan berbagai undang-undang, yang kalau dipenuhi semuanya akan memakan biaya yang besar. Pengabaian ini dapat dibeli dengan suap, dengan apa yang disebut biaya siluman. Bagi buruh, oleh karenanya, memerangi korupsi berarti memerangi pengabaian hukum dan penginjak-injakan hak buruh.

Masalah Milisi Pertahanan Buruh

Untuk mempertahankan keutuhan organisasi buruh dan keamanan pertemuan-pertemuan buruh, maka milisi pertahanan buruh haruslah mulai diorganisir.

Memberantas Korupsi dengan Perjuangan Kelas

korupsi pelajarresahKorupsi hanya mungkin terjadi ketika ada segelintir orang yang memegang kekuasan ekonomi dan politik di atas masyarakat luas yang tak berdaya. Kita saksikan dengan jelas bagaimana korupsi itu biasanya dilakukan oleh orang-orang yang dekat dengan koridor kekuasaan.

Logika Korupsi

Tulisan ini adalah kritik atas artikel Mochtar Naim, seorang sosiolog, yang dimuat di media Kompas belum lama ini (1/10/12), Artikel Naim yang berjudul “Menghapus Korupsi” mengetengahkan sebuah logika penyelesaian yang pada dasarnya moralistik—dan oleh karenanya absurd—mengenai persoalan korupsi. Terdapat tiga pendekatan yang sedang diajukan oleh Naim: yakni pendekatan psiko-teologi, multilevel dan multifaset, dan pendekatan kultural. Kita akan mengupas satu per satu pendekatan ini dan menunjukkan kebuntuan dari tiap-tiap solusi tersebut.

Sosialisme untuk Buruh Migran

Buruh-buruh Asia, secara lintas-negara maupun secara langsung lewat penempatan buruh migran, dibenturkan satu sama lain oleh kapitalis yang berlomba-lomba menurunkan gaji buruh demi profit. 

Buruh Migran dan Kekuatan Politiknya

Tulisan ini tidak sedang menyuguhkan sebuah apresiasi yang underestimate atau tidak pula akan memberikan sebuah prognosis yang overestimate atas kekuatan buruh migran. 

Setelah Getok Monas, Lalu Kemana?

Setelah eforia dari Getok Monas ini sedikit berlalu, dan debu yang dilontarkan oleh derap langkah buruh sudah sedikit mereda, saatnya kita melihat ke sekeliling kita untuk sejenak, untuk melihat apa-apa yang dapat kita panen dan apa yang harus kita tuai untuk ke depan. Dengan bekal ini, kita bawa tatapan kita ke depan, menyongsong gebrakan buruh yang tak ayal pasti akan lebih besar lagi.

Jokowi dan Pertanda Politik yang Sesungguhnya

Terhentak oleh fenomena Jokowi-Ahok, para pengamat politik segera mencari-cari penjelasan yang bisa membuat dunia mereka “bulat” dan “rasional”. Mereka mencari pertanda-pertanda yang dapat membuat tidur mereka nyenyak, setidaknya untuk malam ini sebelum fenomena politik lainnya mengusik ketenangan mereka.