Bagaimana Kaum Marxis Menyikapi Pembubaran FPI
- Detail
- 18 Jan 2021
- Redaksi
Pembubaran FPI oleh pemerintah Jokowi belum lama ini menyebabkan kekisruhan di antara para “pejuang demokrasi” dari semua spektrum politik.
Pembubaran FPI oleh pemerintah Jokowi belum lama ini menyebabkan kekisruhan di antara para “pejuang demokrasi” dari semua spektrum politik.
Perjuangan melawan Omnibus Law bukan hanya perjuangan eksternal melawan pemerintah, tetapi terutama perjuangan internal melawan kerak-kerak perangkat birokrasi dan kepemimpinan yang telah menjadi penghalang terbesar bagi kemenangan buruh.
Pengalaman telah menunjukkan bahwa strategi bertahan yang baik adalah dengan melakukan serangan. Satunya senjata kelas buruh adalah aksi massa dan mogok.
Ketika kelas penguasa melakukan serangan, kita harus mempersiapkan perlawanan. Kelas buruh harus kembali kepada tradisi perlawanan militan tahun-tahun 2011-12. Inilah yang harus menjadi tujuan bagi setiap buruh yang sadar kelas. Inilah cara menggagalkan Omnibus Law.
Taktik lobi telah menunjukkan impotensinya dalam membendung Omnibus Law.
75 tahun kemerdekaan Indonesia hanya berarti kemerdekaan bagi kapital Belanda dan kapital Indonesia untuk menjarah bangsa ini dan mengeksploitasi rakyat pekerja.
Bertahun-tahun yang lalu kelas pekerja telah membayar krisis dengan penghematan, dan sekarang mereka akan diminta kembali membayar krisis yang dipercepat oleh pandemi ini.
Beban krisis ini akan dialihkan kepada rakyat pekerja dengan meningkatkan pajak, menarik subsidi, sampai mereformasi hukum anti-pekerja.
Selengkapnya, silakan baca dalam tulisan berikut.
Selama kapitalisme masih hidup, dan terus melanggengkan kemiskinan dan kesengsaraan bagi mayoritas rakyat pekerja sementara kekayaan berlimpah ruah di tangan segelintir, maka hantu komunisme akan terus berkeliaran.
Kekerasan seksual sangat mengakar di masyarakat kita. Namun DPR enggan mengesahkan RUU yang akan memberikan perlindungan kepada perempuan dari tindak kekerasan seksual. Lalu, apa yang harus dilakukan?
Untuk menjawabnya kita perlu memeriksa akar sejarah munculnya kekerasan seksual pada kaum perempuan. Karena hanya dengan menelusuri asal-usulnya, kita bisa menelusuri bagaimana proses perkembangannya, serta proses kemusnahannya.
Meskipun teori konspirasi kritis terhadap status quo, tapi teori ini asing bagi gerakan proletariat.
Alih-alih mengarahkan kemarahan pada sistem kapitalisme dan pemerintahan mereka, teori konspirasi menyalurkan kemarahan pada segelintir konspirator. Teori ini tidak membuat kita memahami masyarakat untuk lalu mengubahnya.
Selengkapnya silakan baca dalam artikel ini.
Kebijakan "Berdamai dengan covid" mengindikasikan bahwa pemerintahan borjuis akan lepas tangan terhadap tanggung jawab untuk menjamin keselamatan masyarakat.
Lalu apa yang harus dilakukan kelas pekerja untuk merespons kebijakan ini? Simak dalam artikel berikut.