facebooklogocolour

Dua kali sudah Rezim SBY menaikkan harga BBM.  Kebijakan yang tidak populer ini diikuti berbagai demostrasi-demonstrasi massa. Namun demonstrasi menentang kenaikan BBM kali ini berbeda dari demonstrasi sebelumnya. Massa tampak semakin marah karena melihat bahwa biaya hidup mereka akan mengalami lonjakan yang tajam. Ini merupakan pemandangan yang mengagumkan dari demonstrasi sebelumnya. Peningkatan level demontrasi, mulai dari demontrasi buruh yang menuntut kenaikan upah dan sekarang rakyat pekerja dan kaum muda mengikuti  demontrasi serupa menolak kenaikan Bahan Bakar Minyak.

Kondisi ini mencerminkan bahwa sistem yang ada sudah tidak mampu lagi menyelamatkan hidup mereka. Beberapa kelompok kaum muda menyerukan pemogokan nasional kepada kaum pekerja untuk merespon kenaikan BBM dan ini ditanggapi dengan positif oleh beberapa pemimpin serikat buruh, walaupun belum ada gerak konkrit menuju ke sana. Namun satu hal jelas, bila pemogokan nasional ini terjadi, ini akan menjadi sebuah pengalaman tersendiri bagi kelas buruh Indonesia. Pertama, ini akan menjadi satu momen besar dimana buruh memperjuangkan kesejahteraan rakyat luas – yakni tidak hanya berkutat pada tuntutan-tuntutan buruh saja. Kedua, ini juga akan menunjukkan kepada kelas buruh kekuatan mereka di dalam gerakan masyarakat secara luas, yakni bahwa kekuatan buruh tidak terbatas pada pabrik-pabrik dimana mereka bekerja saja. Keterlibatan aktif dan masif kelas buruh dalam perjuangan menentang kenaikan BBM akan menjadi sebuah contoh konkrit slogan “Buruh Berkuasa Rakyat Sejahtera”, bagi buruh sendiri dan bagi rakyat tertindas lainnya juga.

Kini rezim sedang menghadapi gelombang massa yang semakin besar dan luas cakupannya. Melihat situasi ini, rezim pun tidak tinggal diam. Mereka memainkan konflik-konflik, diantaranya menggunakan massa tandingan seperti FPI untuk meredakan gejolak massa dan menggunakan berbagai issu teroris untuk mengalihkan perhatian rakyat pekerja dari permasalahan pelik yang mereka hadapi. Tapi, rakyat pekerja dan kaum muda tidak akan tinggal diam ketika standar hidup  mereka dipotong .

Level demontrasi kian hari kian meningkat menjelang kenaikan harga BBM 1 April besok. Situasi ini banyak dimanfaatkan oleh kelompok oportunis yang ingin meraup suara pada pemilu 2014. Namun, usaha mereka tetap impoten karena mereka tidak sanggup menawarkan program-program kesejahteraan yang riil. Usaha kaum oportunis ini – dari kaum liberal demokrat hingga partai-partai oposisi seperti PDI-P – selalu bersifat tidak serius dan setengah-setengah. Dengan aparatus yang masif, sesungguhnya mereka bisa memobilisasi ratusan hingga jutaan massa. Tetapi pada akhirnya yang serius memobilisasi massa adalah serikat-serikat buruh, dengan sumber daya yang jelas lebih minim daripada kaum liberal demokrat dan pihak oposisi formal. Ini saja sudah cukup untuk mengekspos karakter kaum oportunis ini, tanpa kita harus menganalisa mereka secara sosial dan historis.

Namun, walau gerakan menentang kenaikan BBM ini sudah mulai meluas dan membesar, belum ada satu front persatuan yang terbentuk yang dapat menyatukan gerakan ini dan membawanya ke tingkatan yang lebih tinggi.  Ini jelas menjadi pekerjaan rumah bagi gerakan di Indonesia untuk kembali membangun kekuatannya.

Krisis kapitalisme telah menghasilkan demonstrasi-demonstrasi massa dan pemogokan umum dari satu negeri ke negeri lain. Inilah penyebab sesungguhnya dari Revolusi Arab yang menumbangkan kediktaktoran. Di Yunani dan Spanyol, jutaan rakyat turun ke jalan. Baru-baru ini, 300 ribu pelajar dan masyarakat luas di propinsi Quebec (Kanada) turun ke jalan menentang rencana kenaikan uang sekolah yang merupakan imbas dari krisis finansial belum lama ini. Bahkan juga di Suriah yang hari ini masih bergejolak. Demonstrasi-demonstrasi yang ada di Indonesia juga merupakan gambaran umum dari gejala ini.

Tidak ada keraguan lagi bahwa kebijakan memotong subsidi BBM hanya memperburuk keadaan. Dengan memotong standar hidup, mereka mengurangi permintaan dan ini akan memparah ksisis over produksi. Namun, Mereka tidak mempunyai alternatif selain memotong subsidi BBM. Logika kapitalisme memaksa mereka melakukan ini, seperti halnya logika kapitalisme memaksa kaum kapitalis untuk menindas buruh tidak peduli sebaik hati apapun sang kapitalis tersebut.

Demonstrasi yang terjadi hari ini adalah gejala umum dari krisis kapitalisme. Krisis ini akan menjadi lebih dalam. Dan kaum borjuis tidak memiliki jalan keluar. Setiap usaha untuk mengembalikan keseimbangan ekonomi hanya untuk merusak keseimbangan sosial dan politik. Gejolak baru sedang disiapkan. Besok atau lusa akan ada gejolak baru. Kaum buruh dan muda ini berusaha untuk mencari jalan keluar dari jalan buntu kapitalisme. Mereka akan menemukan jalan ini di dalam sosialisme, dan dengan sosialisme mereka akan lebih pasti membebaskan diri dari perbudakan kapitalisme.