Berikut adalah dokumen Perspektif Dunia yang diratifikasi oleh para delegasi Kongres Dunia 2021 International Marxist Tendency. Dokumen ini menyajikan analisa umum kami mengenai proses-proses fundamental yang tengah bergulir dalam perpolitikan dunia, di masa yang ditandai dengan krisis dan gejolak tanpa preseden. Dengan dinamit yang ada di fondasi perekonomian dunia dan pandemi Covid-19 yang masih membayangi seluruh situasi dunia, semua jalan mengarah ke perjuangan kelas yang semakin menajam. Dokumen ini kami terbitkan dalam 6 bagian:
1) Dunia dalam Krisis Tanpa Preseden
2) Amerika Serikat: Prospek Revolusi Mulai Terbuka
3) Eropa & Rusia: Ketidakstabilan Di mana-mana
4) Asia: Badai Pandemi India & Perang Dagang China
5) Apakah Pemulihan Ekonomi Mungkin?
6) Perjuangan Kelas dan Tugas Kita
Pemulihan dan Perjuangan Kelas
Mari kita akui, untuk sejenak, bahwa skenario pemulihan ini tidak dapat kita sangkal secara a priori. Apa konsekuensinya? Dari sudut pandang kita, perkembangan semacam ini tidak akan sepenuhnya negatif. Pandemi dan naiknya angka pengangguran sebagai akibatnya, membuat syok kelas buruh dan menciptakan semacam paralisis.
Pandemi menjadi momok bagi aksi-aksi mogok dan bentuk aksi massa lainnya, dan memungkinkan pemerintah menerapkan kebijakan-kebijakan anti-demokratik dengan dalih “memerangi Covid-19”.
Tetapi pemulihan ekonomi yang kecil sekalipun, dengan menurunnya tingkat pengangguran, bersamaan dengan berakhirnya pandemi, dapat mengaktifkan kembali perjuangan ekonomi. Buruh berjuang untuk memenangkan kembali apa yang mereka korbankan selama periode sebelumnya.
Akan tetapi, pemulihan semacam ini akan bersifat sementara dan sangatlah labil, karena pemulihan ini dibangun di atas landasan yang sangat artifisial dan goyah. Benih kehancuran ada di dalamnya. Dan semakin ekonomi melambung, semakin parah kejatuhannya.
Terlebih lagi, pemulihan ini tidak akan merata, dengan China kemungkinan besar melaju pesat sementara AS dan Eropa tertinggal. Ini akan semakin memperburuk ketegangan antara China dan AS, dan juga antara China dan Eropa, yang membuat perang dagang semakin intens, dengan tiap-tiap negeri bersaing berebutan pasar yang sempit, dan ini akan semakin melemahkan perdagangan dunia dan menekan kehidupan ekonomi.
Inilah ancaman terbesar bagi kapitalisme dunia. Mari kita ingat kembali apa yang menyebabkan Depresi Hebat, yang bukan disebabkan oleh keruntuhan bursa saham 1929, tetapi oleh kebijakan proteksionis yang menyusulnya.
Boom Ekonomi 1920an
Ketika pakar ekonomi memprediksi boom ekonomi pasca-pandemi, mereka sering kali menarik paralel dengan boom ekonomi tahun 1920an. Tetapi paralel ini sangatlah labil dan kesimpulan yang dapat kita tarik darinya sama sekali tidak menggembirakan dari sudut pandang kapitalis.
Benar ada pemulihan setelah 1924, dengan karakter yang cukup hiruk pikuk. Spekulasi masif terjadi di bursa saham, yang menghasilkan kapital fiktif yang besar. Tetapi kita tidak boleh lupa bahwa semua ini berakhir dengan Keruntuhan 1929.
Sangat mungkin sekali kita akan mengalami situasi serupa. Dengan satu perbedaan penting. Kapital fiktif yang tanpa preseden ini, yang kini sedang terakumulasi, jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan 1920an, dan bahkan paling besar dalam sejarah. Keruntuhannya oleh karenanya akan jauh lebih besar pula.
Kaum borjuasi telah melupakan satu detail penting. Uang harus merepresentasikan nilai yang riil, kalau tidak maka uang hanyalah secarik kertas saja, semua nota hutang yang mana hutang ini tidak akan pernah dapat terbayar. Di masa lalu, basis uang kertas adalah emas. Setiap bangsa harus menyimpan cadangan emas dan, dalam teori, setiap orang dapat menukarkan uangnya dengan emas.
Dalam praktik, ini mustahil. Berangsur-angsur, orang belajar untuk menerima mata uang dolar, atau pound, atau euro, nilainya “setara dengan emas”. Sebelum emas, kita menggunakan perak. Sebelum itu, bisa apa saja. Bisa produksi. Tetapi, bila uang tidak didasarkan pada semacam nilai yang materiil, maka uang hanyalah secarik kertas yang tak berharga.
Setelah hubungan uang dengan emas diputus dengan dihapuskannya standar emas, pemerintah dan bank sentral dapat mencetak uang kertas sekehendak hati. Tetapi dengan memompa sejumlah besar uang, yang sesungguhnya adalah kapital fiktif, ke dalam perekonomian, relasi antara jumlah uang yang beredar dengan barang dan jasa menjadi terdistorsi. Dalam perekonomian AS, yang diukur oleh M2, suplai uang telah meningkat sebesar 4 triliun dolar pada 2020. Ini adalah peningkatan sebesar 26% dalam satu tahun – peningkatan per tahun terbesar sejak 1943. Ini pada akhirnya harus terekspresikan dalam ledakan inflasi.
Fakta ini kini dengan nyaman diabaikan oleh para politisi, pakar ekonomi, dan bank sentral. Mereka mengatakan, sampai sekarang kekhawatiran akan inflasi masih belum terwujud. Ini tidak sepenuhnya keliru, dan ini mencerminkan anjloknya permintaan, satu gejala dari dalamnya krisis hari ini. Karena tidak memiliki outletnya dalam harga barang-barang konsumen, tekanan inflasi telah memperbesar gelembung spekulasi dalam harga saham, dalam cryptocurrency (mata uang kripto), dsb. Tetapi situasi ini tidak akan berlangsung terus seperti ini. Euforia awal di antara investor akan berubah menjadi kebalikannya.
Pada periode sebelum krisis 2008, inflasi dikendalikan oleh faktor-faktor lain, termasuk pertumbuhan perdagangan global, teknologi-teknologi baru, dan pencarian tenaga kerja murah di apa-yang-disebut Dunia Ketiga. Elemen-elemen ini, yang telah memainkan peran yang kuat selama hampir 30 tahun, sebagian besar telah mengering dalam periode baru-baru ini. Pertumbuhan perdagangan global telah menurun secara signifikan selama beberapa tahun dan teknologi-teknologi baru, yang memungkinkan pemangkasan biaya produksi yang signifikan, telah mencapai titik jenuh.
Bukan suatu kebetulan bahwa semua statistik perdagangan dunia tampaknya menunjukkan kecenderungan ke arah insourcing, yaitu kembalinya produksi ke negeri-negeri asal kapitalis. Kecenderungan ini telah menegaskan dirinya secara spontan melalui pilihan-pilihan strategis perusahaan-perusahaan multinasional, tetapi juga telah diperkuat secara obyektif oleh kebijakan proteksionis Trump dan pemerintah imperialis lainnya.
Setelah krisis tahun 2007, kita saksikan ekspansi berbasis kredit dalam rezim penghematan, yang memiliki karakter yang sangat berbeda dengan hari ini: di masa lalu, uang digunakan untuk rekapitalisasi bank, perusahaan asuransi dan bisnis yang berada di ambang keruntuhan, atau mengalir ke Bursa Saham atau spekulasi properti, tetapi tanpa memperluas basis konsumsi massal.
Hari ini, situasinya telah berubah: efek gabungan dari kecenderungan-kencenderungan baru ini adalah resep untuk inflasi, dan menimbulkan serangkaian pertanyaan yang sangat menarik, yang juga sedang dibahas di eselon tertinggi kelas penguasa. Yang paling penting, apa yang akan terjadi ketika bank sentral harus menaikkan suku bunga dan berhenti membeli obligasi sampah di pasar untuk mengatasi kenaikan inflasi?
Paradoksnya, inflasi adalah semacam "solusi" kapitalis untuk krisis hutang, sejauh kenaikan inflasi dan harga akan mendevaluasi hutang. Tapi ini datang dengan biaya ekonomi dan sosial yang sangat besar. Dan begitu lepas landas, menjadi sangat sulit untuk dikendalikan kembali. Pada tahun 1970-an, Ted Grant menjelaskan bahwa kaum borjuasi, yang khawatir dengan kenaikan inflasi, sedang menunggangi seekor harimau, dan masalahnya adalah bagaimana turun dari harimau ini tanpa dimakan.
Saat ini, upaya untuk menghindari krisis overproduksi yang paling serius dengan apa yang disebut Marx sebagai "trik sirkulasi" adalah permainan yang sangat berbahaya. Di sini, kita telah melampaui Keynes: Keynesianisme menyerukan kepada Negara untuk mengambil hutang dengan menerbitkan obligasi; apa yang diusulkan hari ini secara kualitatif berbeda, yaitu, mengikuti saran gila dari Teori Moneter Modern (MMT) dan dengan demikian mencetak uang tanpa batas.
Apa yang mewakili pergeseran kualitatif nyata dalam sistem kapitalis adalah bahwa teori yang sama sekali tidak rasional seperti MMT menemukan dirinya dalam posisi istimewa untuk mengkondisikan, jika bukan menentukan, pilihan-pilihan ekonomi dari kekuatan imperialis terkemuka di dunia!
Masalah ini tidak hanya menyangkut Amerika Serikat. Kecenderungan ini sekarang sudah mendunia. Baru-baru ini, mantan wakil gubernur Bank of Japan (BoJ), Kikuo Iwata, mengklaim bahwa Jepang harus meningkatkan pengeluaran pajak dengan meningkatkan hutang sektor publik yang dibiayai oleh bank sentral. Proposal "uang helikopter" ini diidentifikasi sebagai solusi untuk pertumbuhan yang rendah dan didasarkan pada gagasan bahwa permintaan harus dirangsang dengan mencetak lebih banyak uang. Ini persis klaim MMT, yang juga didukung oleh Draghi pada 2016, ketika dia menjadi Presiden Bank Sentral Eropa (ECB), meskipun kontradiksi internal UE tidak memberikan ruang manuver yang sama seperti AS dan Jepang.
Walaupun kita tidak dapat meramal secara persis bagaimana krisis ini akan terkuak, pada satu titik tertentu, tekanan dari hutang besar yang menumpuk ini akan melepaskan kepanikan. Suku-suku bunga harus menanjak tajam untuk memerangi inflasi. Kredit murah, yang sampai saat ini telah menjadi pelampung ekonomi, akan mengering dalam sekejam. Bank-bank akan berhenti memberi pinjaman pada pelaku usaha kecil dan menengah, yang akan pailit.
Seperti pada 1929, realitas ekonomi akan membuyarkan “kegembiraan irasional” para investor. Seperti halnya malam menyusul siang, akan ada kepanikan dalam bursa-bursa saham dunia. Para investor akan menjual saham-saham mereka dengan merugi, yang lalu menyebabkan anjloknya harga-harga saham secara tajam dan tak terhentikan.
Para investor melihat hutang besar yang sedang ditumpuk di AS, dan mulai meragukan nilai dolar AS. Di kemudian hari, kalau tidak ada langkah perbaikan yang serius, orang-orang akan berebutan menjual dolar mereka, dan nilai dolar akan anjlok dan berdampak pada banyak mata uang lainnya, dengan kekacauan dalam pasar valuta asing dunia.
Kapitalis akan mencari tempat berlindung yang aman dengan membeli emas, perak, dan platinum. Ini akan menjadi pembukaan untuk kemerosotan ekonomi yang dalam, dengan jatuhnya investasi, kredit macet, dengan konsekuensi gelombang pailit, penutupan pabrik-pabrik, dan pengangguran.
Akhirnya, krisis akan memukul perbankan. Satu bank besar saja yang jatuh dapat memicu krisis perbankan umum. Ini yang terjadi pada 11 Mei, 1931, ketika bank Creditanstalt Austria mengumumkan bahwa mereka telah kehilangan separuh dari kapitalnya, yang berarti bank tersebut jatuh bangkrut menurut UU Austria.
Semua ini dapat terjadi kembali. Para pakar ekonomi borjuis berusaha menenangkan kecemasan pasar dengan mengulang-uang mantra: ini tidak akan terjadi karena kita telah belajar dari sejarah. Tetapi seperti yang Hegel tunjukkan: “Apa yang pengalaman dan sejarah ajarkan pada kita adalah orang dan pemerintah tidak pernah belajar apapun dari sejarah, atau bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip yang dideduksi darinya.”
Sinyal-sinyal bahaya sudah menyala, dan sejumlah pakar ekonomi yang lebih mawas diri dapat melihat ini. Tetapi kendati semua peringatan, kaum borjuasi tidak punya pilihan lain selain menapak jalan yang telah mereka pilih.
Kapitalisme kini menampakkan semua gejala pembusukan uzur. Kita dapat menyatakan dengan pasti bahwa pemulihan apapun tidak akan berarti perbaikan dalam kesehatan sistem ini secara keseluruhan, tetapi hanyalah lonjakan siklus yang mempersiapkan sebuah krisis yang bahkan lebih dalam di hari depan. Ini adalah hasil tak terelakkan dari kebijakan yang kini dijalankan. Ini adalah perspektif yang riil, dan konsekuensi sosial dan politiknya akan sangat besar.
Konsekuensi sosial dan politik
Bagi kaum Marxis, studi ekonomi hanya penting bila ini mengekspresikan dirinya dalam kesadaran massa. Skenario yang telah kita paparkan memiliki keserupaan dengan tahun 1930an, tetapi ada perbedaan-perbedaan penting.
Pada masa 1930an, kontradiksi-kontradiksi dalam masyarakat diselesaikan dalam jangka waktu yang relatif pendek, dan hanya dapat berakhir dengan kemenangan revolusi proletarian atau kemenangan reaksi (dalam bentuk fasisme atau Bonapartisme). Hari ini, solusi cepat seperti itu tidak ada dalam agenda karena perubahan perimbangan kekuatan.
Kelas buruh hari ini jauh lebih besar jumlahnya dibandingkan tahun 1930an. Bobotnya dalam masyarakat jauh lebih besar, sementara kekuatan sosial reaksi (petani dan pemilik properti kecil lainnya, dsb.) telah menyusut tajam.
Kaum borjuasi menemukan dirinya menghadapi krisis yang paling serius dalam sejarahnya, tetapi tidak mampu bergerak dengan cepat ke arah reaksi. Di sisi lain, kelas buruh, kendati kekuatan objektifnya, berulang kali dirintangi oleh kepemimpinannya, yang bahkan lebih busuk hari ini dibandingkan selama periode 1930an.
Untuk semua alasan ini, krisis hari ini akan berkepanjangan. Krisis ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun, dan bahkan berdekade, dengan pasang naik dan surut, karena absennya faktor subjektif. Namun, ini hanya satu sisi saja. Bahkan bila krisis ini akan berkepanjangan, bukan berarti tanpa gejolak. Justru sebaliknya, perspektif ke depan akan dipenuhi dengan perubahan-perubahan yang tajam dan mendadak.
Perkembangan kesadaran kelas buruh tidak dapat secara mekanis direduksi ke dalam jumlah pemogokan dan demonstrasi massa. Ini adalah pemikiran kelirunya kaum sektarian dan ultra-kiri yang mendasarkan diri mereka pada aktivisme buta, dan gagal memahami proses-proses radikalisasi yang lebih dalam, yang berlangsung diam-diam di bawah permukaan setiap saatnya. Ini yang Trotsky sebut sebagai proses molekular revolusi sosialis.
Kaum empiris yang picik hanya mampu melihat permukaan, tetapi proses-proses yang nyata luput sepenuhnya dari perhatian mereka. Sebagai konsekuensinya, pijakan mereka langsung goyah saat perjuangan kelas mereda untuk sementara. Mereka jadi putus asa dan pesimis, dan terkejut ketika gerakan tiba-tiba meledak ke permukaan.
Kombinasi pandemi dan pengangguran massal telah merem perjuangan ekonomi. Ada penurunan tajam dalam jumlah pemogokan karena kondisi tidaklah kondusif untuk demonstrasi-demonstrasi massa, walaupun kadang-kadang mereka terjadi. Tetapi absennya perjuangan massa sama sekali bukan berarti perkembangan kesadaran telah terhentikan. Justru sebaliknya.
Kedalaman krisis hari ini tengah merombak psikologi jutaan rakyat. Pemuda, terutama, sangatlah terbuka pada gagasan revolusioner. Kontradiksi-kontradiksi tak-tertanggungkan dalam masyarakat, penderitaan massa yang mengerikan – semua ini menciptakan akumulasi besar kemarahan dan kepahitan, yang perlahan-lahan mengumpul di kedalaman masyarakat.
Kelas buruh untuk sementara waktu mengalami disorientasi pada awal pandemi, meskipun di Italia ada gelombang pemogokan penting pada Maret dan April 2020.
Menggunakan alasan pandemi, kelas penguasa telah menumpuk tekanan besar di atas pundak kaum buruh selama lebih dari setahun. Tetapi ini telah menciptakan suasana kepahitan dan kebencian, yang menjadi landasan untuk ledakan perjuangan kelas.
Dengan penurunan kasus virus, kondisi akan tercipta untuk mobilisasi serius kelas buruh baik dalam masalah ekonomi maupun politik.
Kita tidak lagi berada di tahun 2008-2009, ketika kaum buruh dikejutkan oleh krisis dan restrukturisasi yang sebagian besar tidak terduga, yang turut melumpuhkan inisiatif gerakan buruh untuk sementara waktu.
Setelah pulih dari dampak awal krisis, kaum buruh sekarang memulihkan kepercayaan diri mereka dan percaya bahwa perjuangan dapat memenangkan hasil yang nyata, yang mengarah pada kesediaan yang lebih besar untuk memobilisasi aksi.
Proses ini akan diperkuat dengan pembukaan kembali ekonomi, serta pengalaman-pengalaman selama pandemi, yang mengungkapkan peran penting kelas buruh di masyarakat, terutama di sektor-sektor yang tidak pernah ditutup (kesehatan, transportasi, perdagangan, industri) tetapi tetap ditekan untuk meningkatkan kecepatan kerja mereka dengan kejam dan tak tertanggungkan.
Kaum buruh telah membayar harga yang sangat tinggi dalam hal jumlah kematian dan pengorbanan dalam perang melawan Covid, dan oleh karenanya hari ini mereka tidak hanya lebih sadar akan peran yang mereka tempati dalam masyarakat, tetapi juga mereka ingin ini dikompensasi dengan meningkatkan upah dan memperbaiki kondisi kerja mereka. Ini adalah faktor penentu dalam perkembangan kesadaran kelas.
Birokrasi serikat buruh tetap menjadi kendala, mengerem gerakan sebisa mungkin. Tetapi mereka tidak lagi memiliki otoritas yang sama yang memungkinkan mereka untuk mengontrol para buruh seperti dulu kala. Mereka bersandar pada kekuatan aparat birokrasi dan negara borjuis, tetapi otoritas itu tidak pernah serendah sekarang ini.
Borjuasi akan mencoba menggunakan kebijakan-kebijakan koersif dan represif untuk membatasi perjuangan kelas, dengan memperkenalkan undang-undang anti-pemogokan baru dan pembatasan hak untuk berdemonstrasi di mana-mana, tetapi sejarah mengajarkan kita bahwa, begitu massa mulai bergerak, tidak ada hukum yang akan menghentikan mereka. Metode-metode ini dapat menunda prosesnya, tetapi hanya akan membuatnya lebih eksplosif di masa mendatang.
Awalnya, mobilisasi buruh akan memiliki karakter ekonomi umumnya. Namun dalam prosesnya mereka akan menjadi radikal karena kedalaman krisis dan frustrasi besar yang telah menumpuk selama bertahun-tahun, dan akhirnya mengambil karakter politik. "Mei '68" yang baru, atau "musim gugur panas", akan ada di agenda dari satu negeri ke negeri lain.
Dalam konteks seperti ini, jauh dari menahan pergerakan, inflasi justru akan merangsangnya, seperti yang telah kita saksikan berkali-kali dalam sejarah. Tekanan terhadap upah sebagian besar pekerja, dikombinasikan dengan transfer kekayaan yang menjijikkan dari buruh ke kapital, berarti bahwa pertumbuhan inflasi akan mendorong buruh untuk mempertahankan daya beli mereka.
Di tanah yang jauh lebih subur inilah ide-ide kaum Marxis akan tumbuh subur. Serikat buruh akan memasuki krisis dan kepemimpinan lama yang bangkrut akan ditantang. Tentu saja, kita harus mawas diri akan kemampuan kita. Kita belum ada dalam posisi untuk dapat menantang hegemoni kaum reformis dalam gerakan buruh. Tetapi dengan menerapkan taktik front persatuan dengan terampil, kita dapat membuat kemajuan dalam serikat buruh. Kita harus melawan oportunisme tetapi juga melawan penyimpangan sektarian dan anarko-sindikalis (seperti di serikat buruh Cobas Italia), yang telah terekspos bangkrut dalam krisis ini.
Sektarianisme dan avonturisme memainkan peran paling negatif dalam serikat buruh, mengarahkan barisan pelopor kelas ke jalan buntu, memisahkan mereka dari gerakan massa. Dengan menggabungkan keteguhan prinsip dengan taktik yang fleksibel, kita dapat menunjukkan keunggulan Marxisme, dan secara bertahap meningkatkan profil kita dan mulai muncul sebagai kekuatan serius dalam gerakan buruh.
Semakin lama ini berlangsung, semakin besar dan elemental ledakan yang akan datang nantinya. Dan ini niscaya terjadi, seperti malam menyusul siang. Seperti yang Marx tulis ke Engels:
“Dilihat dalam keseluruhannya, krisis ini telah menggali lubang di bawah permukaan layaknya tikus tanah yang kita kenal baik itu.”
Serikat Buruh
Trotsky pernah menulis bahwa teori adalah keunggulan wawasan di atas keterkejutan. Kaum reformis dan sektarian selalu terkejut ketika buruh mulai bergerak setelah lama diam tak bergerak.
Pada awal 1968, kaum Mandelite (pengikut Ernest Mandel dan Internasional Keempat yang dipimpinnya) dan kaum sektarian lainnya telah menafikan kelas buruh Prancis sepenuhnya. Mereka mengatakan, buruh Prancis telah menjadi borjuis dan seperti orang Amerika. Salah satu kaum Mandelite menulis bahwa tidak ada kemungkinan sama sekali akan terjadi pemogokan umum di negeri Eropa pada saat itu. Beberapa minggu kemudian, kaum buruh Prancis meluncurkan pemogokan umum revolusioner terbesar dalam sejarah.
Mereka sepenuhnya terkecoh oleh absennya gerakan-gerakan besar selama periode sebelumnya. Hari ini juga, banyak aktivis serikat buruh dan gerakan buruh yang telah kebingungan. Mereka telah kehilangan kepercayaan pada kemampuan buruh untuk berjuang dan telah menjadi pesimis, skeptis dan sinis. Mereka telah menjadi rintangan yang menghalangi jalan perjuangan. Akan fatal kalau kita membiarkan diri kita dipandu oleh cara pandang mereka yang pesimis dan sinis.
Seperti yang telah kita jelaskan, bahkan pemulihan ekonomi yang lemah sekalipun akan menjadi sinyal untuk ledakan perjuangan kelas, yang akan mengguncang serikat-serikat buruh sampai ke fondasi mereka. Para pemimpin reformis serikat buruh sudah kewalahan. Mereka mencerminkan masa lalu, ketika hidup mereka mudah dan relasi mereka dengan kaum kapitalis baik, yang dapat memberi konsesi kepada buruh tanpa terlalu memangkas profit mereka.
Sekarang semua telah berubah. Pemilik modal sedang berusaha memindahkan semua beban krisis ini ke pundak buruh, yang menemukan diri mereka dalam posisi yang tak tertanggungkan, dimana bahkan nyawa mereka dan keluarga mereka terancam.
Kedalaman krisis ini membuat mustahil konsesi yang berarti dan berkesinambungan. Buruh harus berjuang untuk setiap tuntutan mereka, bukan untuk memenangkan konsesi baru tetapi untuk mempertahankan konsesi lama mereka.
Tetapi bahkan bila mereka menang, pencapaian mereka akan digerus oleh inflasi, yang akan muncul kembali akibat masifnya kapital fiktif yang telah dipompa ke dalam sirkulasi. Apa yang diberikan oleh kapitalis dengan tangan kanan, akan mereka renggut kembali dengan tangan kiri.
Ini berarti, serikat-serikat buruh akan ditekan oleh buruh yang akan menuntut tindakan untuk mempertahankan hak-hak, kondisi kerja dan taraf hidup mereka. Para pemimpin serikat entah akan menuruti tekanan ini, atau akan menemukan diri mereka tersingkir dan digantikan oleh pemimpin lain yang siap berjuang. Serikat buruh akan mengalami transformasi selama perjuangan.
Ketika buruh dirintangi jalannya oleh serikat buruh dan tidak ada perspektif perubahan kepemimpinan yang segera, dalam kondisi tertentu buruh dapat juga mengembangkan inisiatif akar-rumput mereka sendiri. Munculnya organisasi-organisasi buruh akar-rumput semacam ini dalam perjuangan, seperti Mareas di Spanyol, Santé en Lutte, Kolektif 1000 Supir Bus di Belgia, dan Kolektif Rumah Sakit di Prancis, dsb., adalah hasil dari akumulasi kemarahan buruh, dorongan untuk aksi kolektif segera, dan kepasifan para pemimpin resmi serikat buruh.
Dialektika mengajarkan kita bahwa hal-ihwal dapat berubah menjadi kebalikannya, dan kita harus siap. Bahkan serikat buruh yang paling reaksioner sekalipun, yang tampaknya geming, akan terseret ke dalam perjuangan ini. Proses ini sudah dimulai di sejumlah negeri seperti Inggris. Satu per satu, pemimpin-pemimpin sayap-kanan lama meninggal, atau pensiun, atau digantikan.
Generasi pejuang kelas baru yang lebih muda mulai menantang kepemimpinan lama. Panggung tengah dipersiapkan untuk transformasi serikat buruh menjadi organisasi perjuangan. Dan sebagai Marxis kita harus ada di garis depan perjuangan ini, yang akan menentukan keberhasilan revolusi sosialis.
Tugas Kita
Tahun 2021 tidak akan seperti tahun-tahun sebelumnya. Kelas buruh telah memasuki sekolah yang keras. Akan ada banyak kekalahan dan kemunduran, tetapi dari sekolah ini kaum buruh akan menarik kesimpulan-kesimpulan yang diperlukan.
Akumulasi ketegangan selama bertahun-tahun dapat memicu perubahan pesat, yang mengedepankan pertanyaan-pertanyaan serius bagi kita. Dan kita harus siap! Di masa mendatang, lapisan-lapisan baru akan terdorong maju ke dalam perjuangan. Kita telah melihat ini di Prancis dengan Gerakan Rompi Kuning. Kita saksikan ini di India dengan gerakan tani. Di AS, kita saksikan demonstrasi-demonstrasi masif setelah pembunuhan George Floyd, yang diikuti oleh sekitar 26 juta orang di 2000 kota yang tersebar di 50 negara bagian, Washington, DC, dan Puerto Rico, yang membuat Trump bersembunyi di bunkernya.
Problem utamanya adalah kepemimpinan. Mood kegeraman massa tidak menemukan ekspresinya dalam organisasi-organisasi massa resmi. Kepemimpinan serikat buruh mencoba mengekang gerakan ini. Tetapi dengan atau tanpa mereka, gerakan akan menemukan cara untuk mengekspresikan dirinya.
Massa hanya dapat belajar dari satu hal, yaitu pengalaman. Seperti yang Lenin biasa katakan: “Kehidupan adalah guru.” Buruh tengah menimba pelajaran dari pengalaman krisis ini. Tetapi ini adalah proses pembelajaran yang pelan dan menyakitkan. Butuh waktu bagi massa untuk menarik kesimpulan yang sama seperti kita, untuk alasan teoritis.
Proses pembelajaran ini dapat dipercepat bila adan organisasi massa revolusioner dengan jumlah anggota yang cukup dan dengan otoritas yang memadai untuk diperhatikan oleh massa. Partai semacam ini potensinya eksis di dalam barisan organisasi kita. Tetapi hari ini partai ini masih dalam bentuk embrio. Dan seperti yang ditulis Hegel: “Ketika kita mendambakan sebuah pohon ek dengan batangnya yang kokoh, ranting-rantingnya yang berkecambah, dan daunnya yang rindang, kita tidak puas bila hanya ditunjukkan biji pohon ek.”
Kita telah mengambil langkah-langkah maju besar, dan akan mengambil lebih banyak lagi. Tetapi kita harus jujur mengakui bahwa hari ini kita tidak memiliki jumlah anggota yang diperlukan. Kita tidak memiliki cukup akar di dalam kelas buruh dan organisasinya untuk bisa membuat perubahan substansial.
Namun, dengan gagasan yang tepat dan slogan yang tepat waktu, kita dapat memenangkan lapisan buruh dan pemuda yang paling maju, dan lewat mereka nantinya kita dapat meraih massa yang lebih luas. Tetapi umumnya, kita harus membidik keberhasilan-keberhasilan kecil, dan keberhasilan-keberhasilan bersahaja dan kemenangan-kemenangan kecil ini akan memberi kita batu pijakan untuk keberhasilan-keberhasilan lebih besar di masa depan.
Internasional kita telah menunjukkan ketangguhan dan keberaniannya, dengan menghadapi berbagai kesulitan dan menemukan metode-metode kerja baru. Sebagai hasilnya, selama 12 bulan terakhir, kita telah mencapai progres besar, sementara kelompok-kelompok lain mengalami krisis dan perpecahan, dan menghilang.
Dibandingkan sebelumnya, jumlah kompetitor kita jauh lebih sedikit. Kelompok-kelompok sekte Kiri hancur luluh lantak. Kaum Stalinis, yang dulunya adalah rintangan serius, hanyalah bayang-bayang dari kejayaan mereka dulunya. Mereka masih memegang sejumlah posisi di dalam serikat-serikat buruh yang mereka warisi dari masa lalu. Tetapi mereka selalu menjadi kedok kiri bagi birokrasi sayap-kanan serikat. Mereka semua akan tersapu ke samping segera setelah buruh mulai bergerak.
Kompetitor utama kita adalah kaum reformis kiri, yang tidak memiliki perspektif politik yang jelas. Kebanyakan dari mereka bahkan sudah tidak lagi percaya pada sosialisme, dan oleh karenanya berayun-ayun di antara tekanan dari borjuasi dan reformis kanan, dan tekanan dari buruh akar-rumput. Ini adalah fenomena internasional.
Tetapi walaupun tidak memiliki gagasan yang jelas (dan sebagian justru karena itu), mereka niscaya akan terdorong ke depan di atas basis radikalisasi massa. Karena secara politik goyah dan tidak punya ideologi yang terang, mereka akan kadang-kadang mengutarakan slogan-slogan yang sangat radikal, dan bahkan “revolusioner”. Tetapi ini hanya perkataan saja, dan mereka akan mengayun ke kanan dengan pesat seperti halnya mereka berayun ke kiri. Kita akan memberi kaum reformis Kiri ini dukungan kritis, mendukung mereka ketika mereka melawan sayap kanan, tetapi mengkritik setiap kecenderungan mereka untuk mundur, menyerah, dan berkompromi.
Satu fitur umum dari semua lawan politik kita – termasuk kaum Kiri – adalah ketidakmampuan mereka untuk memenangkan pemuda. Keberhasilan kita dalam memenangkan kaum muda membuat para skeptis ini geram dan benci. Di atas segalanya, mereka terheran-heran. Bagaimana kiys dapat memenangkan begitu banyak pemuda dalam situasi seperti sekarang, ketika semuanya begitu muram dan tak ada harapan? Mereka menggeleng-gelengkan kepala mereka tak percaya dan lalu melanjutkan ratap tangis mereka mengenai kondisi dunia yang menyedihkan.
Seperti yang Lenin katakan: siapa yang memiliki kaum muda mereka menggenggam masa depan. Alasan keberhasilan kita tidaklah terlalu sulit untuk ditemukan. Kaum muda umumnya berwatak revolusioner. Mereka menuntut perjuangan serius melawan kapitalisme, dan merasa tidak sabar dengan orang-orang yang malu-malu dan ragu-ragu, dan tidak sabaran dengan kebingungan teoritis.
Kekuatan kita berdasarkan pada dua hal: teori Marxis dan orientasi tegas ke kaum muda. Kita telah membuktikan keberhasilan kombinasi ini dalam praktik. Keberhasilan-keberhasilan ini memberi rasa percaya diri dan optimisme akan masa depan. Tetapi kita harus selalu mempertahankan sense of proportion (selalu mengukur kekuatan sendiri). Kita masihlah dalam tahapan awal dari tahapan awal.
Tantangan-tantangan yang jauh lebih besar menanti di depan, yang akan menguji kita. Tidak ada ruang untuk santai. Kita harus menanyakan diri kita: apakah kita sudah siap menggunakan peluang-peluang besar yang ada? Bila kita sungguh-sungguh jujur, kita harus menjawab tidak. Tidak, kita belum siap, setidaknya belum siap sekarang. Tetapi kita harus menjadi siap, dengan secepat mungkin. Dan ini pada analisa terakhir berarti organisasi kita harus tumbuh.
Kita harus selalu memulai dari kualitas, dengan memenangkan satu dua dan mendidik dan menempa kader. Tetapi kita lalu harus mengubah kualitas menjadi kuantitas: membangun organisasi yang semakin besar dan semakin efektif. Pada gilirannya, kuantitas menjadi kualitas. Dengan seratus kader, kita dapat melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan oleh belasan kader. Dan bayangkan apa yang bisa kita lakukan di Inggris atau Pakistan atau Rusia dengan seribu kader. Ini adalah perbedaan kualitatif!
Pembangunan kader harus disertai dengan pertumbuhan. Tidak ada kontradiksi di sini. Organisasi harus berkembang seturut dengan perubahan situasi. Dan organisasi harus menjadi semakin profesional, semakin disiplin, dan semakin dewasa.
Kita memiliki gagasan, metode, dan perspektif yang tepat. Akan tetapi, kita membutuhkan lebih dari ini. Tugas kita sekarang adalah mengubah gagasan ini menjadi pertumbuhan, dan membangun pasukan kader profesional yang tangguh. Kita telah mengambil langkah-langkah besar ke arah ini.
Awalnya, tampaknya pandemi ini akan menjadi halangan besar bagi kaum Marxis. Yang jelas, pandemi ini telah mengandaskan banyak sekte-sekte Marxis yang mendasarkan diri mereka pada aktivisme buta. Tetapi angin berhembus di layar perahu kita, yang memenangkan 1.000 anggota baru selama 1 tahun terakhir. Dan ini hanya permulaan saja.
Kamerad-kamerad Internasional! Kita sedang berpacu dengan waktu. Tugas kita dapat diringkas seperti ini: membuat sadar kehendak tidak-sadar (atau semi-sadar) kelas buruh untuk mengubah masyarakat.
Peristiwa-peristiwa besar tengah dipersiapkan. Untuk bisa memenuhi tugas-tugas besar yang ada di hadapan kita, kita memerlukan sebuah revolusi internal, dimulai dengan revolusi dalam mentalitas kita. Kita tidak bisa lagi berpikir seperti di masa lalu. Semua sisa-sisa mentalitas lingkaran kecil dan rutinitas harus dicabut sampai ke akar-akarnya. Yang diperlukan adalah pendekatan profesional dalam membangun partai. Tidak ada yang lebih penting dalam kehidupan kita. Dan bila kita terus memegang teguh gagasan, taktik, dan metode yang tepat, kita bisa mencapainya.