Marxisme dan Masalah Kebangsaan (Bag 5: Negara-Bangsa Hari Ini)
- Detail
- 12 Des 2016
- Alan Woods dan Ted Grant
Di bagian ke-5 ini Alan Woods dan Ted Grant memaparkan masalah-masalah kebangsaan hari ini dan bagaimana kaum Marxis menghadapinya.
Di bagian ke-5 ini Alan Woods dan Ted Grant memaparkan masalah-masalah kebangsaan hari ini dan bagaimana kaum Marxis menghadapinya.
Program Bolshevik mengenai masalah kebangsaan dimaksudkan sebagai sarana untuk menyatukan buruh dan tani dari semua kebangsaan, guna menumbangkan rejim kapitalis secara revolusioner.
Selama periode sebelum Perang Dunia Pertama Lenin mencurahkan banyak waktu untuk masalah kebangsaan, dan khususnya untuk menjawab teori-teori revisionisnya Otto Bauer.
Masalah kebangsaan memiliki sejarah yang sangat panjang dalam teori Marxisme. Sejak Marx dan Engels kita sudah dapat menemukan analisa-analisa yang sangat menarik dan tajam mengenai masalah ini.
Masalah kebangsaan – yakni, penindasan terhadap nasion dan bangsa minoritas – yang telah menjadi karakter dari kapitalisme sejak lahir, menempati posisi yang sentral dalam teori Marxis.
Yang menjadi benteng pertahanan utama dari tatanan kapitalisme adalah reformisme.
Hanya dengan keuangan yang independen, dan tradisi yang begitu mengakar, yang akan membawa kita lebih dekat pada pembangunan Partai dan cita-cita penumbangan kapitalisme, dan membawa sosialisme ke bumi Indonesia dan mengantarkan kaum proletariat untuk siap merebut kekuasaan.
Hingga 1965, semua lapisan masyarakat Indonesia termobilisasi secara politik. Politik merasuki semua aspek kehidupan. Ada sebuah situasi perjuangan kelas yang tajam pada saat itu. Insiden G30S menjungkirbalikan semua ini dan Indonesia tidak pernah sama lagi. Apa yang terjadi pada Partai Komunis Indonesia?
Gerakan perempuan revolusioner yang sudah dihancurkan oleh kontra-revolusi 1965 harus dibangun kembali, karena Sosialisme akan mustahil kalau tidak melibatkan perjuangan kaum perempuan, sebagai lapisan kelas pekerja yang paling tertindas.
Tragedi 1965 bukanlah tragedi kemanusiaan semata. Ia bukanlah hasil dari kekejaman buta dari satu kelompok terhadap kelompok yang lain. Ia adalah kulminasi dari pertentangan kelas yang tak terdamaikan. Ia adalah tragedi kelas proletar. Dilahirkan dari pertentangan kelas, maka ia harus diselesaikan dengan pertentangan kelas, yang penyelesaiannya hanya satu: pabrik untuk buruh, tanah untuk tani.