facebooklogocolour

tributaryApa yang disebut ‘filsafat postmodernisme’ adalah seperti Hydra yang berkepala banyak. Pengaruhnya yang beracun merasuki berbagai disiplin ilmu. Dan dalam ilmu sejarah, dampak negatif postmodernisme telah memiliki konsekuensinya yang paling merusak.

Kaum postmodernis yang mengklaim dirinya filsuf menyangkal bahwa kita dapat menemukan penjelasan rasional atas sejarah umat manusia. Menurut mereka, tidak ada hukum umum, dan tidak ada faktor-faktor objektif yang mendasari tindakan individu dan menentukan psikologi serta perilakunya.

Dari sudut pandang ini, yakni sudut pandang yang sangatlah subjektivis, semua sejarah ditentukan oleh individu-individu yang bertindak berdasarkan kehendak bebas mereka sendiri. Usaha untuk menemukan semacam logika internal dalam lautan sejarah yang penuh dengan ombak ganas dan liar ini adalah usaha yang percuma, seperti mencoba memprediksi secara persis posisi dan momentum sebuah partikel subatomik.

Walaupun tampak menarik di permukaan, pendekatan sejarah yang subjektivis ini sebenarnya hampa. Ini menandakan pencampakan penuh usaha untuk menemukan hukum-hukum yang mengatur evolusi masyarakat manusia, karena ia menyangkal keberadaan hukum itu sendiri.

Bila dipikir-pikir, ini adalah klaim yang sungguh luar biasa. Sains modern mengajarkan kita bahwa segala hal-ihwal di jagat raya, dari molekul dan atom yang paling kecil sampai ke galaksi yang paling besar, diatur oleh hukum-hukum tertentu, dan menemukan hukum-hukum ini adalah tugas utama sains.

Mengapa kita harus menerima bahwa seluruh jagat raya, dari partikel yang paling kecil sampai galaksi yang paling jauh, diatur oleh seperangkat hukum, bahwa proses evolusi manusia berlangsung seturut hukum-hukum tertentu, namun, untuk alasan yang ganjil, sejarah kita sendiri tidaklah diatur oleh hukum?

Bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks di tingkat individual maupun kolektif adalah sesuatu yang tidak perlu lagi dikatakan. Jelas otak manusia adalah organ yang paling kompleks sepanjang pengetahuan kita mengenai jagat raya, dan sejarah ditentukan oleh interaksi yang teramat kompleks dari beragam individu, yang mengejar tujuan-tujuan yang sangat berbeda satu sama lain.

Namun, adalah keliru mengatakan bahwa perilaku manusia tidak dapat dipahami. Engels sejak lama telah menjelaskan, walaupun mustahil memprediksi kapan tepatnya seseorang akan mati, kita dapat memprediksi harapan hidup manusia secara agregat. Inilah bagaimana perusahaan asuransi dapat meraup profit.

Dengan cara yang sama, walaupun mustahil untuk menentukan dengan akurat posisi dan momentum dari sebuah partikel subatomik, kita dapat membuat prediksi yang sangat akurat ketika kita berurusan dengan partikel subatomik dalam jumlah yang sangat besar. Dalam dialektika, ini dikenal sebagai transformasi dari kuantitas ke kualitas.

Materialisme Historis

Metode Marxis menganalisis proses-proses di bawah permukaan yang menggerakkan perkembangan masyarakat manusia dari masyarakat kesukuan awal sampai masyarakat modern hari ini. Metode yang digunakan oleh Marxisme untuk menelusuri jalan yang berliku-liku ini disebut materialisme historis.

Sering kali orang berusaha mendiskreditkan Marxisme dengan membuat karikatur atas metode analisis sejarahnya. Tidak ada yang lebih mudah daripada menegakkan orang-orangan jerami untuk lalu merobohkannya. Distorsi yang biasa digunakan adalah argumen bahwa Marx dan Engels “mereduksi semua hal ke ekonomi.” Karikatur absurd ini tidak ada sangkut pautnya dengan Marxisme sama sekali.

Apa yang dikemukakan oleh Marxisme – dan ini adalah sebuah proposisi yang jelas tidak dapat disangkal oleh siapapun – adalah bahwa pada analisa terakhir, kemampuan dari sebuah sistem sosio-ekonomi tertentu untuk bertahan akan ditentukan oleh kemampuannya untuk mengembangkan alat-alat produksi, dalam kata lain, mengembangkan fondasi-fondasi material yang mendasari konstruksi masyarakat, kebudayaan, dan peradaban.

Metode ilmiah ini memungkinkan kita untuk memahami sejarah, bukan sebagai serangkaian insiden yang terpisah dan acak, tetapi sebagai bagian dari proses-proses yang saling terhubungkan satu sama lain dan dapat dipelajari. Sejarah adalah serangkaian aksi dan reaksi yang meliputi politik, ekonomi, dan keseluruhan spektrum perkembangan sosial.

Tugas materialisme historis adalah menyingkap relasi dialektis yang kompleks antara fenomena-fenomena ini. Umat manusia terus mengubah alam lewat kerjanya, dan dengan demikian mengubah diri mereka sendiri.

Teori Reaksioner

Gagasan bahwa sejarah tidak diatur oleh hukum, bahwa sejarah hanyalah serangkaian peristiwa acak yang tidak ada hubungannya satu sama lain, adalah gagasan yang sangat berguna bagi pembela status quo. Bagi mereka, kapitalisme (atau sesuatu yang sangat menyerupainya) selalu ada dan akan selalu ada.

Tetapi gagasan ini tidak lahir dari fakta. Bahkan pengamat sejarah yang paling dangkal pun akan segera melihat adanya pola tertentu dalam sejarah. Proses-proses tertentu terus terulang: kebangkitan dan keruntuhan formasi-formasi sosio-ekonomi, masyarakat, dan peradaban tertentu; krisis ekonomi; perang dan revolusi.

Seperti halnya manusia lahir, tumbuh besar, menjadi dewasa, dan lalu memasuki masa uzur, yang berakhir dengan kematian, dan seperti halnya dalam evolusi, dimana periode stagnasi yang panjang disusul oleh ledakan-ledakan mendadak yang mendorong pertumbuhan atau mengarah ke kemunduran, kita juga saksikan sebuah proses yang serupa dalam sejarah perkembangan formasi-formasi sosio-ekonomi.

Masyarakat budak digantikan oleh feodalisme, yang pada gilirannya digantikan oleh kapitalisme, formasi sosio-ekonomi yang telah mendominasi selama 300 tahun terakhir. Sepanjang abad-abad tersebut, kita saksikan revolusi yang paling menakjubkan dalam sains, industri, pertanian, dan teknologi. Tetapi ini semua telah mencapai limitnya. Kita tengah hidup dalam periode kemunduran kapitalisme, di masa sekaratnya.

Ada orang yang mungkin melihat seluruh alur sejarah sebagai “tidak lebih dari daftar panjang kejahatan, kebodohan, dan kemalangan umat manusia,” seperti yang ditulis oleh sejarawan Edward Gibbon. Tetapi di kedalaman yang paling dalam, ada kekuatan-kekuatan yang jauh lebih fundamental yang menggerakkan sejarah.

Tugas sosialisme adalah mewujudkan potensi besar perkembangan manusia, sebuah potensi yang telah dibawa ke permukaan oleh kapitalisme, tetapi tidak mampu direalisasikan oleh kapitalisme. Inilah tugas kita. Dan prasyarat untuk mewujudkan ini adalah menghancurkan tatanan yang ada dan merekonstruksi masyarakat di atas landasan yang baru dan lebih tinggi.

Langkah yang paling penting dalam tugas ini adalah meruntuhkan fondasi ideologis dari tatanan yang ada hari ini, dan inilah tugas yang tengah kita lakukan di sini.