Kelas Buruh Sebagai Kelas Revolusioner
- Detail
- 07 Feb 2012
- Pandu Jakasurya
Kita meyakini bahwa klas buruh adalah klas revolusioner.
Kita meyakini bahwa klas buruh adalah klas revolusioner.
Tak ada kebebasan dalam kehidupan kaum buruh. Mereka harus tepat waktu; harus berada di ruang produksi sebelum mesin-mesin pemintal bergerak dengan suara garang. Jika tak ada lemburan, mereka pulang sekitar jam lima sore. Jika harus lembur, mereka pulang ke rumah masing-masing sekitar jam tujuh malam. Rasa capek dan penatnya tidak memberinya waktu untuk bercengkerama dengan anggota keluarga. Mereka harus tidur cepat, agar pagi-pagi tenaganya pulih kembali; agar bisa bekerja lagi; agar tetap bisa menghasilkan uang yang hanya cukup untuk membayar beberapa poin kebutuhan saja.
Bahkan bagi mereka yang cukup beruntung untuk memiliki pekerjaan, sembilan dari sepuluh kasus, kerja adalah satu rutinitas yang tak bermakna. Berjam-jam kerja tidaklah dilihat sebagai bagian dari kehidupan seseorang. Kerja tidak memiliki hubungan dengan hakikat kita sebagai manusia.
Kapitalisme menjadikan agama sebagai barang dagangan, dan agama mengesahkan kapitalisme. Kapitalisme nampak baik secara moral keagamaan di hadapan massa-rakyat yang sehari-hari dieksploitasi jerih-payahnya di tempat-tempat kerja dan dimanipulasi kesadarannya dalam acara-acara keagamaan. Mereka diminumi “opium”, “candu”, untuk melarikan diri ke alam sorgawi khayalan sambil terus meregang nyawa dalam kemiskinan.
Secara historis, filsafat marxisme adalah filsafat perjuangan kelas buruh untuk menumbangkan kapitalisme dan membawa sosialisme.
Apakah hubungan antara peran subjektif dan peran objektif? Untuk lebih praksisnya, apakah hubungan antara peran individu dan kondisi sosial?
Kontrol buruh dalam sejarah perjuangan proletariat.
Buku ini ditulis oleh Ted Grant dan Alan Woods dan dipublikasikan pertama kalinya pada tahun 1995, yakni 100 tahun setelah wafatnya Engels.
Di dalam Revolusi, apa peran individu dan seberapa besar perannya? Sejarah dibuat oleh manusia-manusia. Kaum Marxis, tidak seperti kaum fatalis yang dangkal, tidak menyangkal peran individu, inisiatifnya atau keberaniannya (atau kekurangannya), di dalam perjuangan sosial. Adalah tugas Marxisme untuk menemukan hubungan dialektik antara individu (subjektif) dan kekuatan besar (objektif) yang mengatur pergerakan masyarakat.
Perjuangan melawan imperialisme adalah perjuangan melawan kapitalisme, dan satu-satunya kelas yang secara konsisten dapat memenuhi tugas ini adalah kelas buruh.